Tokoh agama: Pancasila Rumah Kita, Perbedaan Adalah Rahmat

0828b

Bhiksu Mahastavira (kedua dari kiri), KH Said Aqil Siradj (ketiga dari kiri), Pendeta Albertus Patty (ketiga dari kanan), Romo Edi Purwanto (kedua dari kanan).

RADIO SUARA WAJAR – Para tokoh lintas agama – Buddha, Islam, Katolik, Protestan – pada Rabu (26/8) berkumpul dalam sebuah diskusi bertajuk “Pancasila Rumah Kita: Perbedaan Adalah Rahmat di kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat.

Hadir sebagai narasumber  –  Ketua PBNU KH Said Aqil Siradj, Ketua Perseketuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) Pendeta Albertus Patty, Sekretaris Eksekutif Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) Romo Edi Purwanto dan Bhiksu Mahastavira dari Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi).

“Nadhatul Ulama (NU) berkomitmen mengawal semangat kebangsaan dan politik kerakyatan dalam pilar Konstitusi,”  kata KH Said Aqil Siraj, ketua umum PBNU di hadapan 70 hadirin dari berbagai lintas agama.

Maka dari itu, NU mengajak semua komponen bangsa untuk menjaga nasionalisme dan tetap optimis Indonesia terus berdaulat dalam tali persaudaraan, kata Said Aqil.

“Tidak mungkin umat manusia ini satu agama,  tidak mungkin Kristen semua, Katolik semua, Islam semua, dan Hindu semua. Sama dengan tidak mungkinnya manusia hanya satu suku satu bangsa,” kata Said Aqil.

Ia menambahkan NU dengan sendi ahlussunnah wal-jama’ahnya menyelaraskan nilai-nilai tamasuh (toleransi), tawazun (keberimbangan), tawassuth (moderatisme) dan ‘adalah (keadilan) demi komitmen menjaga kesatuan, persatuan, dan kedaulatan bangsa.

Nilai-nilai ini, lanjut Said Aqil, juga merupakan teladan kiai-kiai NU terdahulu dalam rangka moderatisme dalam sikap pada perumusan dasar negara, ketika sidang konstituante dalam fase awal kemerdekaan yang mendukung pancasila sebagai dasar negara, dan memahami bahwa nilai-nilai Islam menjadi ruh Pancasila.

Menurut Said Aqil, Nahdlatul Ulama hadir dengan sendi Ahlusunnah Wal-jamaah menyelaraskan nilai-nilai toleransi, keberimbangan, moderatisme, keadilan yang terbingkai dalam konsep hubungan persaudaraan di antaranya persaudaraan seagama, persaudaraan kemanusiaan, dan persaudaraan kebangsaan.

NU, tambahnya, menegaskan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan Pancasila sebagai konsep utama dalam menjaga kedaulatan bangsa.

Hal senada diserukan Romo Edi Purwanto yang mengupas lagu Garuda Indonesia, bahwa menjadikan Pancasila sebagai spirit, jiwa bangsa, adalah pekerjaan yg terus menerus dilakukan Gereja Katolik.

Sementara Bhiksu Mahastavira dari Walubi mengajak masyarakat Indonesia agar tidak terpengaruh oleh isu yang memecah belah bangsa, apalagi yang merupakan pesanan pihak tertentu yang ingin mengadu domba.

Semua tokoh perwakilan lintas agama kemudian menandatangani Deklarasi Seruan Perdamaian.(ucanews.com)

 

1193 Total Views 1 Views Today

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *