Penantian Sang Istri Selama 20 Tahun

Ignatius Sumartono (60) dan Chirstina Dyah Murtiningsih (57) di kediamannya di Jalan Akasia Blok A3 No.18 Kompleks Perumahan Beringin Raya Bandar Lampung, Sabtu 23 Januari 2016.

Ignasius Martono (60) dan Chirstina Dyah Murtiningsih (57) di kediamannya di Jalan Akasia Blok A3 No.18 Kompleks Perumahan Beringin Raya Bandar Lampung, Sabtu 23 Januari 2016. Foto : Robert

BANDAR LAMPUNG, POTRET SUARA WAJAR – Pekatnya awan yang berwarna hitam menggantung di langit pagi itu, Sabtu 23 Januari 2016 menyelimuti Bandar Lampung wilayah barat. Terlihat seorang kakek yang berjalan sempoyongan mengantarkan Suara Wajar ke kediaman Ketua Lingkungan Santa Theresia Beringin Raya.

Setelah ditelisik ternyata Kakek ini bukan orang sembarangan. Dialah pendiri Lingkungan Santa Theresia Beringin Raya, Stasi Tanjung Karang Paroki Katedral Kristus Raja 32 tahun yang lalu. Tepatnya Lingkungan ini berdiri tanggal 01 Oktober 1982 dengan diawali pembukaan bulan doa rosario. Sehingga Theresia Kanak-kanak Yesuslah yang dijadikan pelindung lingkungan di kompleks kawasan Perumahan Beringin Raya dan sekitarnya ini. Samuel Bambang Muharyono (66) yang kini lebih tenar dengan nama Kakek Boncel (pendongeng).

Setelah beberapa menit, sampailah Suara Wajar di sebuah rumah yang kental akan suasana religius, di Jalan Akasia Blok A3 No.18 Kompleks Perumahan Beringin Raya Bandar Lampung. Mungkin karena di dalam ruang tengah rumah itu terdapat goa dan patung Bunda Maria. Di teras rumah itu sepasang Kakek Nenek dengan senyum manis mengembang di bibir mereka menyambut Suara Wajar. Suasana itu diperindah oleh kicauan burung-burung dari beberapa sangkar yang tergantung rapi. Dialah Ignasius Martono (60) dan Chirstina Dyah Murtiningsih (57). Martono begitu nama panggilan Ignasius Martono saat ini sedang menjabat sebagai Ketua Lingkungan Santa Theresia Beringin Raya.

Jabatan sebagai Ketua Lingkungan diakui pria kelahiran Klaten Jawa Tengah 16 Maret 1956 melalui sejarah panjang. Bagaimana tidak, bapak tiga anak ini baru lima belas tahun secara resmi menjadi warga Katolik. Padahal dia menikahi Murtiningsih secara dispensasi di Gereja Santo Yosep Pati, Jawa Tengah pada Maret 1981 silam. Mengapa demikian? Saat Suara Wajar bertanya pada Kakek empat cucu ini menjawab santai dengan hanya satu kata, yakni “mengalir”.

Hadirnya tiga bidadari hasil perkawinannya dengan Chirstina Dyah Murtiningsih menjadi jalan bagi Martono bertemu Kristus secara pribadi. Ketelatenannya mengantarkan istri ke Gereja setiap hari Minggu, ibadah lingkungan setiap hari Kamis malam dan kegiatan-kegiatan kegerejaan lainnya menumbuhkan benih-benih iman kepada Yesus. Terlebih lagi mendampingi setiap putrinya mengikuti sekolah Minggu di Gereja semakin menyuburkan benih-benih yang mulai tumbuh pada dirinya.

Dua orang tokoh Katolik kala itu : Sudarhadi Warsito (Alm) dan seorang Katekis Agustinus Paryono (69) memantapkan hati Martono menjadi pengikut Yesus Kristus. Ini ternyata merupakan jawaban Tuhan terhadap doa-doa yang selalu dipanjatkan oleh Chirstina Dyah Murtiningsih selama dua puluh tahun sejak pernikahan. Sungguh penantian yang panjang.***

Reporter : Robert

Editor     : Kakek Boncel

1442 Total Views 1 Views Today

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *