Rektor Unila Menolak Paham LGBT Masuk Unila

lesbian-gay-biseksual-dan-transgender-1-638BANDARLAMPUNG, RADIO SUARA WAJAR – Demonstrasi damai yang digelar ratusan mahasiswa Universitas Lampung kemarin (3/12) direspons Rektor Prof. Hasriadi Mat Akin. Hasriadi menegaskan sikapnya terkait isu paham lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) masuk kampus saat konferensi pers di ruang rektorat. Dia memastikan menolak paham LGBT masuk Unila.

Mantan wakil rektor bidang akademik ini juga mendukung aksi damai yang digelar mahasiswa. Hal itu dibuktikannya dengan membubuhkan tanda tangan pada tiga tuntutan demonstran.

Tiga tuntutan tersebut yakni meminta cegah, tolak, bubarkan, dan bersihkan gerakan LGBT di lingkungan Unila. Kemudian memberi surat peringatan kepada oknum penyebar paham LGBT di Unila. Poin terakhir, jika peringatan diabaikan, maka oknum tersebut bersedia dikeluarkan dari civitas akademika Unila.

’’Ditinjau dari sudut agama dan budaya, (LGBT) itu menyimpang. Saya tidak akan pernah mengizinkan karena dapat merusak karakter bangsa. Mudah-mudahan pesan ini sampai ke masyarakat,” ujarnya didampingi Wakil Rektor Bidang Keuangan Dr. Dwi Haryono dan Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan Prof. Sunarto.

Hasriadi juga berpendapat, peningkatan karakter bangsa akan percuma kalau sampai membiarkan paham LGBT berkembang bebas di lingkungan kampus.

’’Untuk apa kita bertahun-tahun membangun karakter Unila, tetapi mau dirusak dengan gerakan seperti itu. Terlebih, lembaga pendidikan ini sebagai contoh masyarakat, dan yang dijual adalah moralnya,” tegas dia.

Sunarto menambahkan, dirinya tak pernah menerima permohonan seminar terkait perayaan LGBT di Unila. Dia menegaskan tidak akan pernah memberi izin kegiatan tersebut melibatkan pihak kampus. Sunarto juga merasa kecewa dengan isu perayaan LGBT di Unila yang awalnya berembus di media sosial tersebut.

’’Coba baca lagi apa yang dia posting itu. Di situ dia mengungkapkan kekesalannya. Namun pahami lagi, itu malah terkesan saya mengizinkan perayaan LGBT tersebut. Saya saja tidak tahu soal ini, dari mana saya bisa kasih izin,” kesalnya.

Dia menduga isu perayaan LGBT muncul dari kegiatan seminar bulan Mei lalu. Seminar itu disebut terkait peringatan International Day Against Homophobie and Transphobie (Idahot).

Sunarto menegaskan, saat itu dia juga telah menolak adanya seminar. Bahkan, wakil rektor yang dikenal lugas ini meminta agar spanduk seminar segera diturunkan. Tetapi, lanjut dia, kegiatan tersebut tetap berjalan dan dibungkus kajian ilmiah.

’’Alangkah banyak kajian ilmiah yang bisa ditawarkan seperti kajian budaya, dekadensi moral, atau yang lain,” terangnya.

Aksi demonstrasi damai ratusan mahasiswa kemarin dimulai pukul 09.00 WIB. Mereka memulai longmars dari belakang rektorat. Kemudian bergerak ke fakultas hukum, fakultas keguruan dan ilmu pendidikan, fakultas kedokteran, fakultas MIPA, fakultas pertanian, fakultas teknik, fakultas ekonomi dan bisnis, serta terakhir ke fakultas ilmu sosial dan ilmu politik.

Ratusan mahasiswa dari berbagai jurusan itu membawa spanduk dan poster yang isinya menentang paham LGBT di kampus hijau. Dengan caranya yang khas, mahasiswa menyentil isu paham LGBT. ’’Mending jomblo sampai dapat yang halal daripada adik masuk LGBT,” tulis mahasiswa di salah satu spanduk.

Sementara itu Asisten Menteri Aksi dan Propaganda Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Lampung Miftahul Huda mengatakan, isu paham LGBT mengemuka dari media sosial. Menurutnya, ada salah satu netizen Facebook dengan akun Aprohan Saputra menyebut seminar perayaan LGBT akan digelar di Unila. Waktunya Jumat, 27 November 2015.

’’Dalam status itu menyebut Unila akan menjadi lokasi perayaan LGBT. Isu ini membuat mahasiswa malu. Bahkan jadi pembahasan mahasiswa tingkat nasional,” kata Miftahul di sela-sela aksinya di FISIP Unila.

Kedatangan rombongan mahasiswa di halaman FISIP ini langsung disambut Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan FISIP Pairulsyah. Dia bahkan langsung bergabung dengan para demonstran.

’’Saya sebagai bapaknya mahasiswa FISIP menegaskan, tidak ada gerakan LGBT di fakultas ini. Bahkan, saya tidak mengizinkan. Ini perlu diklarifikasi, bahwa sama sekali tidak ada gerakan seperti seminar dan sebagainya di FISIP Unila,” tegasnya. Dia juga telah meminta mahasiswa di lingkup FISIP agar tak cemas dengan isu paham LGBT tersebut.

Dari FISIP, mahasiswa menuntaskan aksinya dengan berorasi di depan gedung rektorat. Usai ditemui Rektor Prof. Hasriadi Mat Akin, para peserta aksi pun membubarkan diri dengan tertib.

Seperti dirilis radarlampung.co.id, Jumat (04/12), diketahui, isu LGBT juga sempat heboh pada Mei lalu di FISIP Unila. Pemicunya, kuliah umum di ruang B 31 FISIP Unila. Kuliah umum itu intinya mengkritisi pemikiran filsuf asal Jerman Jurgen Habermas tentang ruang publik. Acara tersebut menghadirkan Pemimpin Redaksi Jurnal Perempuan Dr. Dewi Candraningrum sebagai pemateri.

 

1052 Total Views 1 Views Today

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *