29 Tahun Membiara Suster M. Vincentia, FSGM

Sr. M. Vincentia, FSGM Pimpinan/Pelayan Komunitas (Piko) St. Fransiskus Pahoman, Bandar Lampung, (23/09) di Susteran St. Fransiskus, Jl. Cendana No. 22 Pahoman, Bandar Lampung.

Sr. M. Vincentia, FSGM Pimpinan/Pelayan Komunitas (Piko) St. Fransiskus Pahoman, (23/09) di Susteran St. Fransiskus, Jl. Cendana No. 22 Pahoman, Bandar Lampung.

BANDAR LAMPUNG, POTRET RADIO SUARA WAJAR – Menjadi seorang biarawan atau biarawati bukanlah suatu keinginan atau cita-cita semata, tapi lebih daripada itu, yakni panggilan Tuhan.

Demikian dikemukaan Suster M. Vincentia, FSGM, Pimpinan/Pelayan Komunitas (Piko) St. Fransiskus Pahoman, Bandar Lampung. Saat Suara Wajar (23/09) menemuinya di Susteran St. Fransiskus, Jl. Cendana No. 22 Pahoman, Bandar Lampung dia menyambut ramah dengan wajah berseri-seri.

Berawal dari hal yang begitu sederhana menurut Suster Vincentia saat benih panggilan tumbuh subur dalam dirinya. Kala itu, ketika kecil, suster keturunan Tionghoa ini begitu kagum saat suster-suster misionaris mengujungi umat di desanya dengan bersepeda. Kekaguman inilah cikal bakal ketertarikannya untuk menjadi biarawati. Ketertarikan semakin pekat, saat Suster Vincentia kala itu aktif mengikuti sekolah minggu di gereja stasinya.

“Bisikan Tuhan” semakin kencang dalam berbagai peristiwa dalam kehidupannya saat anak ketiga dari tujuh bersaudara ini mulai lupa akan cita-citanya menjadi biarawati. Menurutnya, itu merupakan cara dari “Sang Pencipta” untuk mengingatkan akan panggilan hidupnya.

Tiga kali menjalin kisah asmara saat masih muda, tak membuat cita-cita Suster kelahiran Totokarto, Kalirejo, Lampung Tengah lima puluh tahun silam ini padam.

Bukan tanpa rintangan saat anak ketiga anak dari pasangan Bavo Mangun Sucipto dan Cornelia Sri Wahani membulatkan tekadnya masuk biara. Mendiang Ibunya kala itu, adalah yang paling tidak setuju anaknya itu, masuk biara dengan alasan yang menurutnya kurang masuk akal.

Pada tugas pelayanannya dan saat menempuh pendidikan sejak Profesi Pertama pada 1988, berbagai tempat telah dijelajahinya seperti Papua, Jakarta, Palembang Sumatra Selatan, Lampung bahkan ke Filipina.

Pengalaman saat menempuh pendidikan di East Asian Pastoral Institute (EAPI) Manila Filipina menjadi, pengalaman yang menarik dalam hidup Suster Vincentia. Disana dia dapat bersosialisasi dengan bangsa-bangsa se-Asia dan juga melihat kekayaan gereja dari penjuru Asia. Lima setengah tahun dirasakannya begitu kental rasa persaudaraan satu sama lain, walau berbeda negara. Pada awal-awal saat berada di negara yang mayoritas penduduknya Katolik ini, dirasakannya begitu melelahkan, karena harus memakai bahasa tubuh dalam komunikasi sehari-hari karena terkendala bahasa.

Dari semua tempat, “Tanah Papua” menjadi tempat menarik dan selalu dirindukan oleh dosen STIE Gentiaras Bandar Lampung ini. Bagaimana tidak, karakternya yang kala itu diakuinya “kaku”, dibentuk di tanah itu menjadi pribadi yang luwes setelah rangkaian pengalaman hidup saat bertugas disana. Itulah sebabnya, Suster Vincentia begitu merindukan Tanah Papua hingga sekarang. Andai saja, boleh memilih tempat tugas pelayanannya.

Dari sekian banyak pengalaman pelayanannya, Suster Vincentia, sebagaian banyak selalu menjadi pengajar. Menjadi guru atau pengajar baginya suatu yang dapat mengasah kemampuannya, karena belajar dan terus belajar. Dengan banyak mengajar otomatis, banyak belajar pula.

Menyikapai kemajuan teknologi internet belakangan ini, menurutnya ada dampak positif dan negatifnya yang berpengaruh bagi anak-anak era sekarang.

Suster yang masuk Postulat postulat Suster-suster Fransiskan St. Georgius Martir di Pringsewu pada 21 Juli 1885 ini, membeberkan berbagai kegiatannya selain menjadi pemimpin di komunitas St. Fransiskus Pahoman Bandar Lampung.

Tenyata wanita yang menhabiskan bangku SDN di Waringin Sari Timur, Adi Luwih, Pringsewu ini, juga tergabung dalam “Tim Bina Lanjut” untuk wilayah Keuskupan Sumatra Bagian Selatan (Sumbangsel), yakni Palembang, Lampung, dan Pangka Pinang. Apa itu?

29 tahun sudah hidup membiara di Kongregasi Suster-suster Fransiskanes dari Santo Georgius Martir (FSGM) membuat tantangan dalam menghidupi panggilannya semakin berat. Tapi dia meyakini, Tuhan hadir dalam setiap peristiwa hidup baik suka maupun duka. Setia pada komitmen dan hidup doa menjadi kunci untuk bertahan dalam panggilannya hingga saat ini. Menjaga keseimbangan antara mengisi diri dengan pelayanan pada hidup membiara menjadi “senjata ampuh” menghalau berbagai godaan yang muncul dalam hidup membiara.***

Features Radio : “29 Tahun Membiara Suster M. Vincentia, FSGM” ditayangkan saat ini pada menu acara “Potret Suara Wajar” edisi Minggu 27 September 2015 pukul 19.00 – 20.00 wib.***

Reporter : Robert

2550 Total Views 1 Views Today

One comment

  • Yulita Saputro

    Turut bangga…
    Mempunyai seorang kakak yang membaktikan seluruh hidupnya untuk kemuliaan Tuhan.
    Tetap semangat dan rendah hati Suster…
    GBU.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *