Berpulangnya Romo Thomas Eddy Susanto, SCJ: Sosok Imam yang Rendah Hati dan Menginspirasi

Romo Thomas Eddy Susanto, SCJ, telah berpulang ke rumah Bapa pada Sabtu, 6 September 2025 dalam usia 57 tahun.
RADIO SUARA WAJAR, METRO -— Hati Kudus Yesus telah memanggil kembali Imam-Nya yang setia. Kabar duka datang dari Kongregasi SCJ (Congratio Sacerdotum a Sacro Corde Jesu), bahwa Romo Thomas Eddy Susanto, SCJ, telah berpulang ke rumah Bapa pada Sabtu, 6 September 2025 dalam usia 57 tahun.
Romo Eddy, yang lahir pada 22 September 1967, dikenal sebagai sosok imam yang bersahaja, cerdas, penuh dedikasi, dan dekat dengan umat. Kabar wafatnya mengejutkan banyak pihak, terutama rekan-rekan seimamat dan umat yang pernah merasakan pelayanannya.
Jadwal Persemayaman dan Pemakaman
Jenazah Romo Eddy disemayamkan di Kapel St. Paulus Jojog, Metro.
Rangkaian misa dan persemayaman akan berlangsung sebagai berikut:
- Sabtu, 6 September 2025 pukul 19.00 WIB – Misa Requiem di rumah keluarga, Jojog
- Minggu, 7 September 2025 pukul 10.00 WIB – Misa Requiem di Gereja St. Paulus Jojog, Metro
- Senin, 8 September 2025 pukul 09.00 WIB – Misa Pemakaman di Gereja St. Paulus Jojog, dilanjutkan dengan prosesi pemakaman di Pemakaman St. Theresia (Para Suster dan Imam), Pringsewu
Sosok Imam yang Meninggalkan Jejak Kebaikan
Kesan mendalam disampaikan oleh banyak pihak atas kepergian Romo Eddy.
Rekan seimamatnya, Reverendus Dominus (R.D.) Yulianus Bambang Condro Saptono, mengungkapkan kesedihan atas kehilangan sosok sahabat dan imam yang luar biasa.
“Baik beliau,” ucapnya singkat namun penuh makna saat dihubungi oleh Radio Suara Wajar, Sabtu (6/9/2025).
Sementara itu, Anton Black, warga Stasi St. Yohanes Rasul, Kedaton, mengenang kedekatannya dengan Romo Eddy.
“Pokoknya beliau itu brother gw lah,” ungkap Anton, menyiratkan keakraban dan rasa kehilangan yang mendalam.
Kenangan penuh makna juga datang dari Ancilla Cucu Lukman Ali, yang pernah bekerja bersama Romo Eddy saat menjabat sebagai Sekretaris Keuskupan Tanjungkarang.
Ia mengenang peristiwa robohnya tower Radio Suara Wajar tahun 2018, saat angin kencang melanda.
“Beliau satu-satunya romo yang ikut turun langsung ke lokasi. Bukan hanya mendampingi, tapi benar-benar turun tangan, bersih-bersih puing-puing bersama kami,” ujar Cucu, yang saat itu menjabat sebagai Direktur Radio Suara Wajar.
Tak hanya itu, Romo Eddy juga mengajarkan kemandirian melalui budidaya tanaman hidroponik, bahkan ikut merancang dan membuat sendiri peralatannya.
“Romo Eddy itu imam yang dekat dengan umat, penuh ilmu, tapi menyampaikannya dengan sederhana. Pernah saya bertanya soal Kitab Suci, beliau langsung menjelaskan panjang lebar dengan cara yang mudah dimengerti. Romo yang cerdas dan rendah hati,” kenang Cucu.
Pengabdian yang Meninggalkan Warisan Rohani
Selama hidupnya, Romo Thomas Eddy Susanto, SCJ telah banyak mengisi ruang-ruang pelayanan, baik di bidang pastoral, administrasi keuskupan, maupun sosial kemasyarakatan. Semangat pelayanan, kerendahan hati, dan ketulusan menjadi ciri khas dalam pengabdiannya sebagai imam.
Kini, umat, sahabat, dan rekan-rekan seperjuangannya melepas kepergiannya dengan doa, haru, dan rasa syukur atas hidupnya yang menjadi berkat bagi banyak orang.
“Beristirahatlah dalam damai abadi, Romo. Terima kasih atas teladan hidup dan pelayananmu yang tulus.”***




