Renungan Harian, Kamis 21 April 2016

Kamis Paskah IV
Injil: Yohanes 13:16-20
13:16 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya, ataupun seorang utusan dari pada dia yang mengutusnya. 13:17 Jikalau kamu tahu semua ini, maka berbahagialah kamu, jika kamu melakukannya. 13:18 Bukan tentang kamu semua Aku berkata. Aku tahu, siapa yang telah Kupilih. Tetapi haruslah genap nas ini: Orang yang makan roti-Ku, telah mengangkat tumitnya terhadap Aku. 13:19 Aku mengatakannya kepadamu sekarang juga sebelum hal itu terjadi, supaya jika hal itu terjadi, kamu percaya, bahwa Akulah Dia. 13:20 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa menerima orang yang Kuutus, ia menerima Aku, dan barangsiapa menerima Aku, ia menerima Dia yang mengutus Aku.”
Renungan
Yesus hadir secara nyata dan hidup dalam dunia yang konkret, dalam kondisi sosial budaya tertentu, dalam bahasa tertentu. Ia tidak hadir dalam baying-bayang, namun Ia makan dan minum sesuai tempat dimana Ia hadir. Kehadiran-Nya bukan hanya ‘kelihatannya’, namun Yesus sungguh hadir dengan segala realitas kemanusiaan-Nya. Tempat tertentu, budaya tertentu, bahasa tertentu dan keluarga tertentu menjadi tempat dimana Yesus hadir dan mewartakan karya keselamatan Bapa.
Maka bahasa yang digunakan oleh Yesus juga bahasa tertentu sesuai daerahnya. Ia menggunakan perumpamaan tentang gembala, tentang hamba dan tuan, tentang biji sesawi, tentang sumus Yakub dan lain-lainnya. Singkatnya, Yesus hadir dan berbicara menggunakan realitas manusiawi yang mempunyai konteks tertentu.
Karena menggunakan konteks tertentu, maka Yesus juga mempunyai ‘masa akhir’ dari hidup dan karya-Nya di dunia ini. Karena realitas manusiawi itulah tidak semua murid-Nya mempunyai pemikiran dan kehenda yang sama dengan-Nya. Meskipun Yesus datang dari Bapa, tetap saja ada orang-orang yang tidak bisa menerima-Nya, tidak mampu mengerti-Nya, dan lebih-lebih malahan menyerahkan Dia untuk dibunuh.
Karena menggunakan konteks tertentu, sabda dan karya Yesus tidak mungkin berlangsung lama jika tidak ada tradisi penerusan yang berkelanjutan. Jika para murid kemudian menghentikan arus pewartaan Yesus, kita saat ini tidak mungkin mendengar tentang iman Kristiani. Penerusan dan pewarisan apa yang dilakukan dan disabdakan oleh Yesus mempunyai peran sentral untuk melanjutkan tradisi iman itu. Karya dan sabda Yesus diteruskan oleh para rasul, kemudian para rasul meneruskannya kepada murid-murid generasi kedua dan selanjutnya. Kemudian terjadilah tradisi tulis untuk membukukan apa yang diajarkan oleh Yesus. Tradisi iman Kristiani tidak berlangsung terus menerus hingga sekarang, tidak pernah terputus.
Kita saat ini bisa beriman Kristiani karena tokoh-tokoh iman yang setia mewariskan kabar keselamatan. Tidak mungkin kita bisa mengerti secara lebih benar tentang apa yang terjadi dalam Yesus jika kita tidak mempunyai rantai tradisi yang menghubungkan kita dengan Yesus, yakni tradisi apostolika, iman seperti yang terjadi dalam diri para rasul. Kesaksian para rasul diterusnya oleh para ‘rasul’ berikutnya hingga kini. Penerusan itu bisa kita saksikan dengan nyata dalam diri paus.
Yesus sendiri berkata “sesungguhnya barangsiapa menerima orang yang Kuutus, ia menerima Aku, dan barangsiapa menerima Aku, ia menerima Dia yang mengutus Aku”. Para paus berusaha menjaga iman yang benar, kemudian juga para uskup di seluruh dunia yang dibantu oleh para imam. Merekalah yang menjadi penjaga kebenaran iman, merekalah yang menjaga tradisi apostolik di dalam Gereja. Merekalah yang juga mempunyai tugas untuk menafsirkan kebenaran-kebenaran iman dalam nama Yesus dalam pewartaan para rasul.
Bagi kita, kita juga mempunyai tugas untuk mewartakan kabar keselamatan Tuhan dalam kesatuan dengan Gereja. Kita dipanggil untuk ikut ambil bagian dalam karya keselamatan Allah dalam kesatuan ajaran dengan paus dan para uskup. Kebenaran yang kita bawa bukan pertama-tama kebenaran pribadi, namun kebenaran yang menjadi satu dengan kebenaran rasuli, kebenaran Gereja yang satu dan kudus. Iman dan kepercayaan mempunyai peran yang besar dalam hal ini.
Semoga kita berani dan mampu untuk mempunyai dan senantiasa menemukan kebenaran iman di dalam Gereja karena mempunyai satu iman, yakni percaya bahwa Yesus Kristus sang penyelamatan sebagai Putera Tunggal Bapa. Di dalam kesatuan iman dengan paus dan para uskup yang dibantu oleh para imam, kita bersama membangun iman yang menghidupakan, iman yang menyelamatkan, iman yang menyatukan, bukan mencerai-beraikan.
Doa
Ya Tuhan, kami bersyukur atas warisan iman yang senantiasa boleh kami nikmati. Semoga kami mampu menjaga kebenaran iman dalam hidup kami. Semoga kami juga mampu untuk menjaga Gereja yang satu, kudus, katolik, dan apostolik. Tuhan, semoga kami peka akan kehendak dan rencan-Mu. Amin.




