Pendekatan Kebudayaan Dinilai Tepat Atasi Konflik Papua
RADIO SUARA WAJAR – Provinsi Papua memiliki kekayaan alam dan budaya yang luar biasa. Tapi hal ini berbeda dengan kondisi kesejahteraan rakyatnya. Saat orde baru hingga sekarang, banyak konflik yang terjadi.
“Pendekatan kebudayaan melalui toleransi dalam kehidupan keberagamaan dan penguatan kebangsaan adalah langkah yang tepat sebagai strategi resolusi konflik di Papua,” kata pengamat politik, AS Hikam saat menghadiri seminar bertema “Papua adalah Indonesia” di Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Jumat (30/10/2015)
Kata dia, hal itu harus dilakukan karena pendekatan keamanan tidak akan efektif. Dan sudah terbukti dalam perkembangan sejarah penanganan konflik di Papua. Mantan Menristek era Gus Dur ini mengatakan, insiden Tolikara tidak bisa dianggap sebagai konflik antar agama.
“Penyebab konflik Tolikara adalah miskomunikasi, polarisasi kaum pendatang dan penduduk asli,”ucapnya seperti dilansir okezone.com, Sabtu (31/10).
Dari insiden Tolikara ini, pelajaran yang dapat diambil adalah, bahwa penanganan represif pada akhirnya tidak selalu efektif sebagai cara mengatasi dan menyelesaikan konflik masyarakat di Papua.
“Melainkan harus menggunakan pendekatan dialog budaya. Nasionalisme dan dialog adalah bagian terpenting dalam pendekatan budaya,” ujarnya.
Oleh karena itu, kata dia, landasan paling utamanya adalah penguatan bahwa Papua adalah bagian integral dari NKRI. “Tanpa Papua tidak akan ada NKRI,” tegasnya. Dalam seminar tersebut juga dihadiri oleh pembicara lain, yaitu peneliti LIPI Adriana Elisabeth dan aktivis Papua Johni Jonathan Numberi.