Masyarakat Lampung “Penggemar” Jengkol

Jengkol.

Jengkol.

BANDAR LAMPUNG, RADIO SUARA WAJAR Lagi-lagi, Kota Bandar Lampung pada Juli 2015 mengalami inflasi, yakni sebesar 1,08 persen. Menariknya dari data yang direlease oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung, komoditas jengkol menyumbang inflasi sebesar 0,03 persen.

Menurut Kepala BPS Lampung Adhi Wiriana, dari data sumbangan inflasi beberapa komoditi pada Juli 2015 ini disimpulkan bahwa ternyata masyarakat Lampung “penggila” atau “penggemar” jengkol. Hal itu diutarakannya kepada Radio Suara Wajar (03/08) di Bandar Lampung.

Menurutnya, daerah penghasil komoditas jengkol hampir tersebar merata di setiap kabupaten provinsi ini, yakni  di Lampung Tengah, Lampung Utara, Tanggamus, Way Kanan, Pesisi Barat dan Lampung Timur.

“Makanya jengkol itu aneh, artinya di Lampung ini banyak penggemarnya, termasuk ke arah Pringsewu, Pesawaran, Tanggamus. Dan sebagaian mungkin impor atau impor, artinya dari Bengkulu yang daerah-daerah kebun. Tapi kebanyakan sih untuk produksi jengkol itu berasal dari Lampung sendiri” jelas Adhi Wiriana.

Sekedar diketahui pecinta radio suara wajar, Jengkol atau Pithecollobium Jiringa atau Pithecollobium Labatum adalah tumbuhan khas di wilayah Asia Tenggara. Jengkol sudah menjadi salah satu makanan khas masyakat Indonesia dan banyak disukai karena rasanya, walau memiliki kekurangan yaitu baunya yang tajam.

Selain mudah ditanam, jengkol juga merupakan komoditi yang sudah membumi seperti halnya tempe dan tahu. Jengkol tidak hanya nikmat dimakan, namun juga kaya akan zat-zat yang dibutuhkan oleh tubuh serta memiliki ragam manfaat. Menurut berbagai penelitian menunjukkan bahwa jengkol juga kaya akan karbohidrat, protein, vitamin A, vitamin B, Vitamin C, fosfor, kalsium, alkaloid, minyak atsiri, steroid, glikosida, tanin, dan saponin.***

Reporter : Robert

 

1078 Total Views 1 Views Today

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *