Waspada Terhadap Ketamakan

RD. Piet Yoenanto SW
Oleh : RD. Piet Yoenanto SW
Sahabat, Yesus disalibkan karena dosa-dosa kita. Ramalan ini sudah bergema sejak kidung Hamba Yahwe, yang berkata, bahwa “karena bilur-bilur-Nya kita disembuhkan” (Yes 53:5). Dosa ada pada kita: itu pengalaman sehari-hari; tetapi menyembuhkan diri dari luka-luka dosa, kita tidak bisa. Hidup manusia itu tidak bisa menyembuhkan dirinya, mengangkat dirinya dari kedosaan, sebab ini sesuatu “hal ilahi”, ada di luar jangkauan dan kemampuan kita. Dalam berdosa tanpa pengampunan, orang menjadi budak dosa, tetapi orang tidak dapat membebaskan dari dari perbudakan itu: kuasa dosa, kuasa setan, terlalu kuat bagi manusia. Harus datang yang lebih kuat, untuk memecahkan kuasa setan. Dan hal ini terjadi, ketika Yesus menyerahkan diri untuk disalib. Dengan kematian-Nya, maut menelan “yang tidak dapat ditelannya”. Karena menelan Kristus sumber Hidup maka kuasa dan belenggu maut patah … Kristus lepas, membebaskan semua dari hukum maut.
Orang makmur, kaya, paling tidak memperhitungkan kematian. Yang dipikirkan setelah panenan limpah, bukan bagaimana menggunakan panenan itu untuk melakukan kebaikan, melainkan hanya memperluas kemungkinan untuk menyimpan. Pada orang masih muda, kuat badan, tak terlintas pemikiran, bahwa ia pun dapat mati sewaktu-waktu. Orang tua masih mengandaikan “tahun ini masih bisa”, orang sakit pun juga lama tidak akan memperhitungkan, mungkin bulan ini, minggu ini, hari ini ia akan mati. Ilmuwan sekarang tahu, bahwa kabar kematian biasa disambut dengan: penyangkalan “tidak”, lalu protes “mengapa justru aku?”, menjadi tawar-menawar, “ya, akan tetapi … “, menurun menjadi “acuh sikapnya, dan, baru kemudian bisa “menyerah” …. Berapa yang menyongsong kematian dengan sedia, dengan gembira?
Sahabat, tidak peduli senang atau tidak, menyerah atau memberontak, maut mengambil orang pada waktu, yang sudah ditetapkan oleh Tuhan. Juga bagi orang kaya, yang berpanen limpah, dan mau memperluas lumbung-lumbungnya. Yesus bahkan menunjukkan peringatan khusus kepada orang semacam ini: “Waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun orang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tiadalah tergantung dari kekayaannya itu”. Maka Yesus juga menjauhkan diri dari urusan dunia, tidak mau mencampuri urusan warisan: itu bukan bidangnya! Dalam sementara tarekat biara, hal ini ditekankan secara khusus, karena orang dipanggil, berkaul kemiskinan, itu justru mau memberi kesaksian tentang kefanaan urusan harta kekayaan: ia tidak boleh terlibat pada “penghakiman antara saudara” mengenai harta dunia.
Bapa, sumber suka cita, bangunlah kiranya kami menjadi Gereja, yang didasari batu sendi sejati, ialah Yesus Kristus. Semoga kami Kaupenuhi pula dengan sukacita, karena diperkenankan mengimani Engkau. Demi Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan dan pengantara kami, kini dan selamanya. Amin.
Tuhan memberkati Tetap hati-hati dan jaga Kesehatan. Salam sehat!***




