Tokoh Agama dan Budayawan Sangsi Dengan Upaya Deradikalisasi

????????????????????????????????????

RADIO SUARA WAJAR – Beberapa tokoh dari kalangan agama dan budayawan menyangsikan upaya deradikalisasi dalam menangani kasus terorisme.

Menurut mereka, sikap radikal dan ekstremis yang menjadi faktor seseorang menjadi teroris tidak bisa dihilangkan dalam waktu singkat. Budayawan Katolik Franz Magnis Suseno tidak memercayai program deradikalisasi mampu memperbaiki akar persoalan terorisme.

Menurutnya, sikap penuh curiga, benci, dan iri hati yang dimiliki seorang teroris hanya bisa dihilangkan melalui penanaman paham anti kekerasan, dan agama melalui tokoh moderatnya..

“Saya tidak percaya dengan deradikalisasi, yang penting kita punya kesepakatan dari dalam diri untuk menghentikan budaya kekerasan,” ujar Rm Magnis ketika ditemui di Gedung Kesenian Jakarta, seperti dilansir kompas.com, Kamis (28/1/2016).

Di Indonesia, Magnis melihat agam telah melakukan peranan yang positif selaam 20 tahun terakhir. Hal ini terbukti dengan muncul tokoh-tokoh pluralis seperti Gus Dur dan Nurkholis Madjid.

Sementara salah satu kyai Nahdlatul Ulama, Mustofa Bisri berpendapat, bahwa selama ini yang tidak dijalankan oleh aparat pemerintah adalah upaya menegakkan undang-undang. Pemerintah sering kali lupa untuk menanamkan kepada masyarakat nilai-nilai yang ada dalam Pancasila. Pemerintah juga dianggap terlalu fokus pada ekonomi dan politik, tetapi lupa membangun sumber daya manusianya.

“Kalau hukum tidak ditegakkan oleh aparat penegak hukum maka hukum itu disepelekan oleh masyarakatnya sendiri. Kita punya ketuhanan dan kemanusiaan yang adil dan beradab untuk diterapkan di masyarakat,” ujar pria yang akrab disapa Gus Mus itu.

Pada kesempatan yang sama, budayawan Jaya Suprana mengatakan bahwa semua peristiwa intoleransi yang terjadi merupakan proses belajar yang sedang dialami oleh bangsa Indonesia. Usia 70 tahun Indonesia merdeka belum cukup untuk menciptakan kondisi yang ideal di masyarakat.

“Saya tidak putus asa, ini justru proses belajar kita. Kalau Anda bayangkan merdeka 70 tahun, kita ini belajar cukup cepat dibandingkan Amerika Serikat. Ya, kita memang masih perlu belajar menghargai. Sudahlah tidak usah membuat peraturan. Pemerintah hanya perlu kasih contoh perilaku yang baik,” ujarnya.

 

720 Total Views 2 Views Today

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *