Renungan Harian, Jumat 15 Juli 2016
Jumat Biasa XV
Bacaan: Matius 12:1-8
Murid-murid memetik gandum pada hari Sabat
12:1 Pada waktu itu, pada hari Sabat, Yesus berjalan di ladang gandum. Karena lapar, murid-murid-Nya memetik bulir gandum dan memakannya. 12:2 Melihat itu, berkatalah orang-orang Farisi kepada-Nya: “Lihatlah, murid-murid-Mu berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat.” 12:3 Tetapi jawab Yesus kepada mereka: “Tidakkah kamu baca apa yang dilakukan Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya lapar, 12:4 bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah dan bagaimana mereka makan roti sajian yang tidak boleh dimakan, baik olehnya maupun oleh mereka yang mengikutinya, kecuali oleh imam-imam? 12:5 Atau tidakkah kamu baca dalam kitab Taurat, bahwa pada hari-hari Sabat, imam-imam melanggar hukum Sabat di dalam Bait Allah, namun tidak bersalah? 12:6 Aku berkata kepadamu: Di sini ada yang melebihi Bait Allah. 12:7 Jika memang kamu mengerti maksud firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, tentu kamu tidak menghukum orang yang tidak bersalah. 12:8 Karena Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat.”
Renungan
Makan dan minum adalah kehidupan harian setiap makhluk hidup. Tanpa makan dan minum, makhluk hidup tidak akan mampu untuk bertahan hidup. Absennya makanan dan minuman dalam waktu yang panjang berarti hadirnya sebuah kematian. Tidak jarang kita jumpai banyak permasalahan jika ditelusuri hingga jauh kedalam, ujung dari masalah itu adalah perkara makan minum. Dua kelompok geng bertempur untuk menunjukkan siapa yang kuat dan berkuasa, ujung-ujungnya itu adalah permasalahn makanan dan minuman.
Makan dan minum adalah fenomea harian yang juga sekaligus menjadi masalah harian. Orang menjadi marah dan brutal karena kelaparan. Orang tidak mampu berpikir panjang dan menemukan jalan keluar yang baik karena dalam situasi lapar. Absennya makanan dan minuman menjadikan seseorang kelaparan. Situasi kelaparan akan menjadi pemicu pada permasalahan-permasalahan lainnya. Permasalahan sosial yang terbesar dalam kehidupan ini adalah berkaitan dengan kelaparan, distribusi makanan yang tidak merata.
Situasi kelaparan juga dialami oleh para murid Yesus. Perjalanan kaki yang panjang membuat mereka lapar dan memerlukan makanan. Situasi yang demikian menjadikan para murid memetik bulir gandum untuk mengisi perut mereka yang lapar. Sayang hari itu adalah hari sabat, hari dimana orang Yahudi berhenti dari melakukan kegiatan. Orang yang lapar tahu tentang hukum sabat, tahu bahwa hari itu hari sabat, apa yang boleh dan apa yang tidak boleh. Namun perut yang lapar tidak mengenal hari sabat atau hari tidak sabat. Yang diketahui perut adalah ketika terisi berarti kenyang, ketika kosong berarti lapar, tidak ada kamus sabat dan tidak sabat.
Mereka yang kenyang-lah yang mempermasalahkan hari sabat atau bukan hari sabat, melanggar hukum atau tidak melanggar. Sementara mereka yang lapar, tidak mengenal lagi apakah sabat atau bukan sabat. Situasi lapar hanya bisa disembuhkan dengan makan, bukan dengan seperangkat aturan. Situasi kenyang berarti mereka dalam kondisi aman, dalam situasi yang lebih kuat, lebih menguasai situasi. Situasi seperti itulah yang dimanfaatkan untuk menghukum orang lain dengan dasar peraturan. Atas nama peraturan, orang yang sedang menderitapun sah untuk dihukum. Atas nama hukum, orang yang tidak berdaya bisa secara sah dikucilkan dan dipenjara.
Hal yang demikianlah yang kiranya hendak diajarkan oleh Yesus dalam perikopa Injil hari ini. Yesus mengajar para rasul bahwa menjadi murid-Nya, hukum utama yang harus mereka jalankan adalah hukum kasih. Persembahan, yang berarti dalam konotasi makan minum sebagai bentuk kewajiban keagamaan, merupakan hal penting. Namun ada hal yang jauh lebih penting dari pada persembahan, yakni soal kasih.
Makanan dan minuman hanya akan menghilangkan rasa lapar sementara saja. Setelah kenyang, manusia akan kembali mengalami kelaparan. Melihat situasi yang ada sekarang ini, kelaparan besar manusia, kita, adalah lapar akan kasih. Sumber dari kasih itu adalah Allah sendiri. Maka jika kita tidak datang dan menimpa kekuatan dari Allah sendiri, menimba kasih itu, hidup kita akan terus menerus lapar dan tidak pernah puas. Kelaparan akan kasih Allah menjadi sebab utama mengapa manusia semakin sulit untuk saling mengasihi.
Sebagai orang beriman, mari kita mohon rahmat Tuhan agar kita senantiasa mampu menimba rahmat kasih dari Allah. Hanya kasih-Nya yang akan membuat kenyang. Dalam kasih-Nya, kita akan dipuaskan untuk salamnya dan tidak merasa lapar lagi. Maka kita perlu terus menerus menimba rahmat kasih itu untuk hidup kita dan hidup sesama kita.
Doa
Ya Tuhan, kami bersyukur atas rahmat kasih yang senantiasa Engkau berikan kepada kami. Ajarilah kami untuk senantiasa berani datang kepada-Mu dan menimba rahmat kasih yang hanya berasal dari hati-Mu. Semoga rahmat itu menjadikan hidup kami semakin bergairah dan bersukacita. Tuhan, ajarilah kami untuk membagikan sukacita itu kepada sesama kami. Amin.