Tampilkan Pemikiran Driyakara Melalui Seni Musik

2316332driyakara780x390RADIO SUARA WAJAR – Pemikiran-pemikiran tentang seni dari filsuf Driyarkara akan ditampilkan dalam perhelatan “Driyarkara Akustik Project” pada 18 Desember 2015 di Student Hall kampus Universitas Sanata Dharma Yogyakarta di Mrican, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

“Perhelatan ini untuk menggali pemikiran dan semangat Driyarkara pada wilayah estetika di bidang musik,” kata penggagas “Driyarkara Akustik Project” Romo G Budi Subanar di Yogyakarta, Selasa.

Kesenian sudah muncul sebelum masyarakat mengenal ilmu pengetahuan dan teknik. Di mana ada manusia, di situ ada kesenian. Merupakan suatu tragedi ketika manusia tak bisa menyatu dengan objek keindahan.

“Inilah salah satu pemikiran Driyarkara ahli filsafat dan seorang pastor. yang kemudian dilontarkan kembali melalui sebuah perhelatan ‘Driyarkara Akustik Project’,” katanya seperti dilansir kompas.com.

Ia mengatakan, acara ini melibatkan musisi-musisi Yogyakarta seperti Ayu Laksmi, Khrisna Encik, Srintil, Wukir Suryadi, Sadhar Jazz, dan masih ada beberapa lagi.

“Sebagai ‘story teller’ adalah Whani Darmawan,” katanya.

Budi Subanar mengatakan, kegiatan ini baru dilakukan sekarang karena wilayah seni itu sebuah ekspresi simbolik dalam rupa bahasa.

“Bahasa simbol timbul di wilayah gambar, visual, film, juga musik. Sehingga kalau sekarang ada film, musik maka itu bukan hanya wilayah hiburan, tetapi juga dimunculkan di wilayah itu ada proses berpikir dalam membentuk pengetahuan,” katanya.

Maka ketika film atau musik ditangkap dan dikuasai oleh pasar, katanya, maka dia hanya menjadi barang komoditi.

“Ini menjadi bahaya. Khasanah pengetahuan, khasanah ekspresi keindahan menjadi tenggelam ketika itu ditempatkan dan dikuasi pasar atau menjadi komoditi,” katanya.

Ia mengatakan, menjadi barang dagangan, baik itu film atau musik, yang terjadi adalah kejar tayang, terus diproduksi. Orang tidak melihat ini menjadi wilayah pengetahuan, wilayah pemikiran.

“Maka dalam ‘Driyarkara Akustik Project’, ingin menempatkan kembali, serta mengajak kita berhenti sejenak dan menempatkan wilayah musik ini adalah pemikiran, pengetahuan, sumber energi. Bukan melulu konsumsi dagangan. Dengan kata lain untuk menempatkan kembali pada khitahnya. Proses awalnya,” katanya.

Sedangkan Whani Darmawan juga menyampaikan hal serupa.

“Pemikiran Driyarkara aktual dan relevan dengan situasi terkini. Konsep keindahan yang ditawarkan oleh Drijarkara yang berlandaskan pada jiwa,” katanya.

Menurut dia, mesti dipahami bukan saja dalam objektivikasi bendanya saja, melainkan pada pencapaian kebahagiaan jiwa itu sendiri.

“Maka dalam hal ini, keindahan yang dimaksudkan oleh Driyarkara bertolak dari keagungan kemanusiaan. Jiwa yang murni/ luhur sebaiknya mendapatkan tempatnya, supaya tercipta moment estetis yang bisa transit menuju ke hal yang sifatnya religius,” katanya.

 

743 Total Views 2 Views Today

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *