Krisis migran dan perubahan iklim menjadi fokus perhatian Paus dan Sekjen PBB
Krisis migran dan perubahan iklim menjadi fokus perhatian Paus dan Sekjen PBB
Paus Fransiskus dan Sekjen Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Ban Ki-moon pada Selasa mengungkapkan keprihatinan mereka terkait tewasnya kaum migran di Laut Mediterania dan sepakat pentingnya mengatasi pemanasan global.
Berpidato di sela-sela seminar yang digelar Vatikan tentang isu lingkungan dan krisis migran, kedua pemimpin tersebut telah menyerukan untuk mengubah pendekatan dari masyarakat internasional terkait masalah tersebut.
“Kami merasa prihatin karena kehilangan orang yang sungguh menyedihkan di Mediterania belum lama ini,” kata Ban dalam konferensi pers, seraya menyerukan pemerintah Uni Eropa untuk mengambil langkah-langkah guna mencegah kematian dan bekerja mengatasi akar penyebab arus pencari suaka dan migran yang berusaha mencapai Eropa melalui laut.
Hampir 5.000 migran telah tenggelam di perairan di antara Libya dan Italia sejak awal 2014 dengan tingkat kematian secara signifikan sejak operasi pencarian dan penyelamatan Italia dihentikan akhir tahun lalu akibat biaya dan ditentang oleh negara-negara Uni Eropa.
“Para migran ini, banyak dari mereka adalah pengungsi, yang berputus asa dengan masa depan mereka yang lebih baik,” kata Ban. “Kita perlu memperkuat operasi pencarian dan penyelamatan, serta menghentikan para penjahat yang mengeksploitasi orang yang paling rentan. Kita harus mengatasi akar masalah.”
Para pemimpin Uni Eropa sepakat pekan lalu untuk mendanai patroli maritim di perbatasan tersebut, tetapi organisasi-organisasi bantuan mengatakan sumber daya yang ditujukan untuk misi penyelamatan tetap tidak memadai karena lonjakan jumlah migran terus meningkat mencapai Eropa dari daerah konflik seperti Suriah, Eritrea dan daerah-daerah yang sangat miskin seperti sub-Sahara Afrika.
“Penanggulangan itu (disepakati oleh para pemimpin Uni Eropa pekan lalu) merupakan langkah pertama yang penting … tapi masih banyak yang harus dilakukan,” kata Ban.
“Ribuan orang telah tenggelam. Mereka adalah orang termiskin dan paling rentan, yang mempertaruhkan hidup mereka … . Itu benar-benar merendahkan dan menyedihkan.”
“Prioritas harus diberikan untuk melindungi hak asasi manusia dan martabat serta menyelamatkan nyawa manusia,” kata Ban.
Kedua pemimpin juga membahas isu-isu lingkungan, yang beberapa minggu lagi Paus Fransiskus akan menerbitkan ensiklik tentang isu-isu lingkungan.
Berpidato dalam seminar Vatikan, Ban mengatakan pembicaraan dengan Paus telah “berbuah dan luas” dan ia berharap ensiklik yang akan datang, diharapkan pada Juni atau Juli. “Ilmu dan agama tidak bertentangan terkait perubahan iklim,” kata Ban.
Paus Fransiskus akan berpidato di KTT Khusus PBB tentang Pembangunan Berkelanjutan pada September dan masyarakat internasional akan berusaha menyetujui kesepakatan universal tentang perubahan iklim pada pertemuan puncak di Paris pada Desember.
“Paris bukanlah akhir, tetapi harus menjadi titik balik dalam menemukan cara yang umum maju dalam memenuhi tantangan iklim,” kata Ban. (indonesia.ucanews.com)