Garam dan Terang di Tanah Rantau: Dedikasi Andreas Muhi Pukai dalam Paguyuban Renha Rosari

SUARAWAJARM.Com, BANDARLAMPUNG -– Di tengah kesibukan dan tantangan hidup di perantauan, Ketua Paguyuban Keluarga Besar Renha Rosari, Andreas Muhi Pukai, membagikan kisah inspiratif tentang perjalanan dan peran paguyuban yang dipimpinnya kepada pendengar Radio Suara Wajar. Dalam suasana hangat dan penuh kerendahan hati, Andre—sapaan akrabnya—menceritakan makna mendalam dari komunitas yang telah dibangunnya sejak tahun 1999.

Paguyuban Renha Rosari, yang beranggotakan para perantau asal Flores dan Nusa Tenggara Timur, mengusung nama pelindung yang kuat: Bunda Maria Renha Rosari. “Kami yakin dengan doa dan pendampingan dari Bunda, kami mendapatkan kekuatan untuk menjalani hidup di perantauan,” ungkapnya dalam Program Potret Radio Suara Wajar yang ditayangkan pada Minggu, 29 September 2024. Tradisi berkumpul setiap bulan Mei dan Oktober untuk berdoa bersama menjadi momen penting bagi anggota paguyuban untuk memperkuat ikatan serta berbagi pengalaman.

Andre menjelaskan bahwa paguyuban ini bermula dari keinginan untuk memiliki komunitas yang saling mendukung. Awalnya, anggotanya terbangun melalui komunikasi mulut ke mulut. “Ketika mereka mendengar tentang kami, biasanya mereka tertarik dan ingin bergabung,” ujarnya. Kegiatan seperti misa keluarga dan pertemuan rutin mempererat hubungan antaranggota, sekaligus menghadirkan dukungan spiritual yang dibutuhkan di tanah rantau.

Ketua Paguyuban Keluarga Besar Renha Rosari di Lampung, Andreas Muhi Pukai.

Namun, tantangan bagi mereka tetap ada. “Banyak saudara kita yang belum mengetahui keberadaan paguyuban ini,” keluh Andre. Dia berharap informasi yang disebarkan dapat menjangkau lebih banyak orang, terutama mereka yang berasal dari Flores dan NTT yang ingin bergabung dan merasakan kebersamaan dalam komunitas ini.

Selain berbagi cerita tentang paguyuban, Andre juga mengungkapkan tantangan yang dihadapi oleh orang Flores di Lampung. Meskipun memiliki citra kuat sebagai komunitas Katolik, dia mengingatkan bahwa hubungan antarsuku dan agama harus dibangun dengan komunikasi yang terbuka dan setara. “Jangan pernah membawa identitas pribadi dalam komunikasi,” pesannya.

Andre tidak hanya aktif dalam paguyuban, tetapi juga dipercaya menjadi ketua pengurus Koperasi Kredit Mekar Sai Lampung. Dalam perannya, ia berusaha memberdayakan masyarakat untuk mengubah pola pikir dan mengelola keuangan mereka dengan bijak. “Kita harus belajar mengelola pendapatan dan tidak hanya fokus pada pengeluaran untuk keinginan sesaat,” tuturnya.

Pesan terakhir Andre untuk keluarga besar Renha Rosari dan masyarakat luas adalah untuk terus berbuat baik dan menjadi terang bagi sesama. “Mari kita tunjukkan bahwa kehadiran kita adalah berkat bagi banyak orang,” ajaknya. Dengan harapan dan semangat, Andre mengajak semua untuk bergabung dalam paguyuban ini dan menjadikan setiap pertemuan sebagai kesempatan untuk saling menguatkan.

Melalui kisah dan perjuangannya, Andreas Muhi Pukai dan Paguyuban Keluarga Besar Renha Rosari menunjukkan bahwa di tengah perantauan, kebersamaan dan dukungan komunitas menjadi sumber kekuatan yang tak ternilai.***

Editor : Robertus Bejo

31 Total Views 2 Views Today

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *