Renungan Harian, Rabu 23 November 2016
Rabu Biasa XXXIV
Bacaan: Lukas 21:12-19
21:12 Tetapi sebelum semuanya itu kamu akan ditangkap dan dianiaya; kamu akan diserahkan ke rumah-rumah ibadat dan penjara-penjara, dan kamu akan dihadapkan kepada raja-raja dan penguasa-penguasa oleh karena nama-Ku. 21:13 Hal itu akan menjadi kesempatan bagimu untuk bersaksi. 21:14 Sebab itu tetapkanlah di dalam hatimu, supaya kamu jangan memikirkan lebih dahulu pembelaanmu. 21:15 Sebab Aku sendiri akan memberikan kepadamu kata-kata hikmat, sehingga kamu tidak dapat ditentang atau dibantah lawan-lawanmu. 21:16 Dan kamu akan diserahkan juga oleh orang tuamu, saudara-saudaramu, kaum keluargamu dan sahabat-sahabatmu dan beberapa orang di antara kamu akan dibunuh 21:17 dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku. 21:18 Tetapi tidak sehelaipun dari rambut kepalamu akan hilang. 21:19 Kalau kamu tetap bertahan, kamu akan memperoleh hidupmu.”
Renungan
Penderitaan dan penganiayaan akan selalu menjadi bagian dalam sejarah umat manusia. Sering kita jumpai justru “manusia itu menjadi srigali bagi yang lain” (homo homini lupus). Hidup yang tidak mudah, perlu perjuangan untuk mendapatkan sesuatu atau untuk mencapai sesuatu, sering kali menghalalkan berbagai cara untuk mengejarnya. Mengorbankan orang lain mejadi cara yang sering kali dianggap efektif dan mudah. Hampir selalu ada yang menjadi ‘korban’ dalam banyak peristiwa hidup.
Demikian juga dalam dinamika hidup beriman. Ada banyak tantangan dan hambatan yang sering kali dihadapi umat beragama ketika hendak mengungkapkan imannya. Ritual-tirual tertentu sering kali dianggap aneh dan tidak benar karena tidak biasa melihatnya, atau gagal memahi ritual agama lain. Sementara setiap agama mempunyai pengungkapan iman yang berbeda-beda, mempunyai ritus yang berbeda. Jika tidak ada ‘pemakluman’ yang secukupnya, ungkapan iman agama lain selalu menjadi sumber pertentangan.
Hari ini Yesus mengingatkan kita sebagai umat Kristiani untuk waspada dan siap sedia apabila datang waktunya kita mengalami ‘hambatan’ iman. ‘Hambatan’ iman itu pasti akan selalu ada, dan tetap akan ada usaha-usaha untuk melemahkan kita sebagai orang beriman. Tantangan dan hambatan masih mungkin kita hindari atau hadapi. Namun apabila hal itu datang dari dalam lingkungan terdekat, keluarga misalnya, pasti akan jauh lebih sulit dan membutuhkan energi lebih besar. Tidak jarang perjuangan beriman justru kandas ketika menghadapi itu. Iman menjadi iman keluarga, bukan iman personal yang dasarnya adalah perjumpaan pribadi dengan Yang Ilahi.
Sejak awal Yesus sudah mengingatkan kita. Bagaimana kita menghadapi itu, sepenuhnya tergantung dari keputusan kita. Apakah kita akan tetap bertahan, juga tergantung bagaiman diri kita. Satu hal sangat pasti adalah jika kita tetap bertahan, Yesus memberi jaminan bahwa tak sehali pun dari rambut kita akan hilang. Artinya 100% Yesus memberi janji dan jaminan keselamatan itu. Syaratnya adalah tetap bertahan.
Bertahan berarti mau belajar beriman terus menerus. Kemapuan bertahan tidak terbentuk sekali jadi. Waktu lah yang akan menguji bagaimana kualitas kebertahanan yang kita miliki. Gelombang hiduplah yang akan menjadi medan perjuangan kita. Kualitas kita semakin diuji dengan itu. Seorang nahkoda yang handal pasti sudah mampu melewati ribuan gelombang dahsyat air laut. Tanpa itu, ia tidak mampu menjadi nahkoda yang handal.
Mari berlajar dari hal-hal sederhana dalam hidup kita. Hal-hal sederhana itu kita lihat dan kita hayati dalam kerangka hidup kita sebagai orang beriman. Semoga dengan demikian, kita selalu mampu untuk berlajar beriman terus menerus.
Doa
Ya Tuhan, ajarilah kami untuk terus menerus memandang hidup kami dengan kacamata iman. Semoga kami mampu terus menerus setia dengan iman yang kami ikrarkan. Sertailah kami agar kami tidak mudah lemah karena tantangan-tangan yang harus kami hadapi karena kami sebagai murid-Mu. Semoga dengan demikian, hidup kami semakin memancarkan hidup-Mu sendiri. Amin.