Renungan Harian, Sabtu 29 Oktober 2016

Sabtu Biasa XXX

Bacaan: Lukas 14:1, 7-11

Tempat yang paling utama dan yang paling rendah

14:1 Pada suatu hari Sabat Yesus datang ke rumah salah seorang pemimpin dari orang-orang Farisi untuk makan di situ. Semua yang hadir mengamat-amati Dia dengan saksama. 14:7 Karena Yesus melihat, bahwa tamu-tamu berusaha menduduki tempat-tempat kehormatan, Ia mengatakan perumpamaan ini kepada mereka: 14:8 “Kalau seorang mengundang engkau ke pesta perkawinan, janganlah duduk di tempat kehormatan, sebab mungkin orang itu telah mengundang seorang yang lebih terhormat dari padamu, 14:9 supaya orang itu, yang mengundang engkau dan dia, jangan datang dan berkata kepadamu: Berilah tempat ini kepada orang itu. Lalu engkau dengan malu harus pergi duduk di tempat yang paling rendah. 14:10 Tetapi, apabila engkau diundang, pergilah duduk di tempat yang paling rendah. Mungkin tuan rumah akan datang dan berkata kepadamu: Sahabat, silakan duduk di depan. Dan dengan demikian engkau akan menerima hormat di depan mata semua tamu yang lain. 14:11 Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.”

Renungan

Mengundang dan diundang dalam sebuah acara, baik pesta maupun yang tidak pesta, merupakan bagian yang terpisahkan dari hubungan tata sosial kemasyarakatan. Mengundang atau diundang menandakan bahwa sejatinya manusia adalah makhluk sosial. Manusia tidak mampu hidup sendiri dan tanpa relasi dengan yang lain. Kebutuhan sosial yang tidak mungkin dihindari adalah dikenal oleh orang lain dan mengenal orang lain. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan keterjaringan, atau yang lebih dikenal dengan networking.

Dalam dunia sekarang ini, istilah networking menjadi kebutuhan yang harus terpenuhi. Usaha apapun akan menjadi semakin berhasil jika menggunakan sistem jaringan. Dalam dunia bisnis, jejaring ini menjadi mutlak perlu untuk mengembangkan usaha. Dalam dunia pastoral, networking juga menjadi tuntutan yang sangat penting untuk pelayanan yang semakin baik.

Dalam dunia bisnis, networking mempunyai prinsip untuk sedapat mungkin menguasai yang lain, mempengaruhi yang lain, dan membuat dirinya sendiri lebih besar dari yang lain. Jika tidak demikian, maka perusahaannya akan menjadi perusahaan yang mandul dan tidak berkembang. Dalam dunia pastoral, networking itu mempunyai prinsip saling melayani dengan tulus tanpa modus. Disanalah letak kekhasan jejaring pastoral. Jika yang terjadi justru mencari untung, maka bukan lagi jejaring pastoral, namun jejaring bisnis.

Dalam perikopa hari ini, Yesus menunjukkan satu fakta kehidupan sosial yang terjadi dalam masyarakat. Pada umumnya yang terjadi ketika diundang pesta, banyak orang berebut di tempat yang terhormat, mungkin di kursi yang paling depan yang berbeda dengan kursi-kursi yang lain. Fenomena itu menjadi kesempatan Yesus untuk mengajar para murid-Nya. Jika di dunia ini yang dicari adalah kehormatan dan status, tidak demikian dengan dunia Kerajaan Allah. Mereka yang rendah hatilah yang justru akan mendapat tempat terhormat.

Apakah mudah dalam dunia sekarang untuk merendahkan diri terus? Pasti sangat tidak mudah. Apakah tidak boleh orang Kristiani mempunyai jabatan dan kedudukan yang tinggi, prestis yang hebat? Sangat boleh dan justru kejarlah itu untuk konteks kemasyarakatan. Prinsipnya adalah dudukilah jabatan itu dengan rendah hati. Gunakanlah kedudukan dan posisi itu untuk menebarkan virus kebaikan. Memakai keutamaan Paulus, jalakan posisi strategis itu dengan memperjuangkan kebenaran, keadilan, dan semangat kerelaan.

Semangat tetap rendah hati dan tulus kiranya menjadi keutamaan Kristiani yang patut diperjuangkan setiap saat. Mudah tidak mudah, suka tidak suka, itulah yang menjadi bekal kita untuk mempersiapkan kehidupan kekal. Kebahagiaan kekal menjadi grandesign kita, bukan justru kesengsaraan. Maka mari kita terus menerus belajar untuk berani dan mau rendah hati, memberi kesempatan kepada orang lain untuk naik tahta, sekaligus mempunyai kerelaan untuk melayani dengan benar dan adil.

Doa

Ya Tuhan, ajarilah kami untuk mempunyai hati seperti yang Engkau miliki. Semoga kami semakin berani rendah hati dan rela melayani. Bantulah kami agar kami mampu mengolah egoisme diri. Semoga dengan demikian, kami semakin mau mendengarkan orang lain, dan terlebih mendengarkan-Mu sendiri. Amin.

 

856 Total Views 1 Views Today

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *