Renungan Harian, Senin 26 September 2016
Senin Biasa XXVI
Bacaan: Lukas 9:46-50
Siapa yang terbesar di antara para murid
9:46 Maka timbullah pertengkaran di antara murid-murid Yesus tentang siapakah yang terbesar di antara mereka. 9:47 Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka. Karena itu Ia mengambil seorang anak kecil dan menempatkannya di samping-Nya, 9:48 dan berkata kepada mereka: “Barangsiapa menyambut anak ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku; dan barangsiapa menyambut Aku, ia menyambut Dia, yang mengutus Aku. Karena yang terkecil di antara kamu sekalian, dialah yang terbesar.” 9:49 Yohanes berkata: “Guru, kami lihat seorang mengusir setan demi nama-Mu, lalu kami cegah orang itu, karena ia bukan pengikut kita.” 9:50 Yesus berkata kepadanya: “Jangan kamu cegah, sebab barangsiapa tidak melawan kamu, ia ada di pihak kamu.”
Renungan
Dalam dunia politik, nama besar menjadi salah satu andalan utama seseorang diangkat untuk menjadi pejabat dalam bidang tertentu. Popularitas menjadi ukuran apakah seorang kader layak dimajukan atau tidak. Jika seorang kader sudah dikenal dimana-mana, beserta juga dengan kiprahnya, sangat mungkin ia akan diangkat menjadi wakil dari kelompoknya. Demikian juga dalam dunia selebriti, ketenaran namanya menjadi ukuran seberapa populernya seseorang menjadi artis. Semakin tenar namanya, semakin banyak ‘dipakai’ di publik, tarifnya menjadi semakin mahal. Lebih banyak orang melihat kebesaran nama dari seorang artis, sementara bagaimana keseluruhan hidupnya tidak tampak di layar kaca. Orang menjadi kagum karena sang artis tampil dimana-mana dan mempunyai daya tarik yang luar biasa.
Dalam dunia Kristiani, Yesus mengajarkan bahwa kebesaran seseorang ditentukan bagaimana sikap hatinya. Bisa jadi mereka yang dianggap paling kecil di dalam kehidupan masyarakat justru dialah yang paling banyak berbuat kebaikan dan membantu sesamanya. Membantu bukan hanya sekedar dengan barang, namun mau mendengarkan sesamanya adalah bagian dari membantu sesama. Seorang anak kecil akan lebih mudah diberi tahu dan diberi pengertian tentang sesuatu, dan dampaknya akan besar untuk hidupnya kedepan. Sementara seorang tua belum tentu mudah menerima masukan dan mendengarkan orang lain.
Membaca kitab suci adalah perkara yang lebih mudah dibandingkan dengan mendengarkan suara Tuhan. Mendengarkan suara Tuhan menjadi tuntunan utama seorang Kristiani dalam hidupnya. Bagaimana mungkin seorang yang tidak mau mendengarkan sesama bisa mendengarkan suara Tuhan? Sikap hati seperti seorang anak kecil lebih diperlukan untuk mendengarkan suara Tuhan.
Seorang anak kecil mendengarkan orang lain dengan tulus. Demikian juga ketika diperintah orang lebih tua akan menjalankan dengan polos. Jika dilihat dari pengertian orang besar, mungkin dia menjadi orang yang bodoh. Namun dalam pengertian Kritiani, ketulusan dan kepolosan itu diperlukan untuk mendengarkan dan melaksanakan perintah Tuhan.
Kita juga diajak untuk terbuka hati untuk mengamini bahwa di dalam diri orang lain Allah tetap berkarya. Karya keselamatan Allah tidak bisa hanya dikalim oleh orang tertentu atau kelompok tertentu. Yesus mengingatkan kita bahwa di dalam orang diluar kita pun Allah tetap menawarkan rahmat keselamatan. Ukuran yang paling jelas adalah sama-sama berjalan untuk berbuat baik dan membawa keselamatan, bukan membawa kehancuran dan kematian.
Mari mohon rahmat Tuhan, agar kita dimampukan untuk mempunyai sikap tulus dan polos seperti anak kecil di dalam mendengarkan suara Tuhan.
Doa
Ya Tuhan, ajarilah kami untuk mempunyai sikap hati yang tulus dan murni seperti seorang anak ketika mendengarkan sabda-Mu. Buatlah hati kami berani untuk mendengarkan orang lain. Semoga kami mampu menjalankan tugas-tugas kami dengan tulus, tanpa bersungut-sungut. Semoga kami semakin mampu membangun kerukunan dan kedamaian dalam hidup kami bersama. Amin.