Tari Soya-soya, Tari Perang Khas Masyarakat Maluku Utara

391299_620RADIO SUARA WAJAR – Meskipun kini hanya ditampilkan dalam pembukaan suatu acara atau ketika menyambut tamu kehormatan, namun Tari Soya-soya memainkan peran yang penting bagi masyarakat Maluku Utara. Dahulu, Tari Soya-soya merupakan tarian yang ditampilkan untuk menyambut pasukan setelah perang.

Tari Soya-soya merupakan sebuah tari perang yang diciptakan oleh Sultan Baabullah sebagai penyemangat pasukan Ternate pasca tewasnya Sultan Khairun. Sultan Khairun adalah ayahanda Sultan Baabullah yang tewas ketika merebut Benteng Nostra Senora del Rosario (Benteng Kastela) dari Portugis pada 25 Februari 1570. Pada saat itu, Tari Soya-soya dimaknai sebagai tarian perang pembebasan dari Portugis.

Dalam Tari Soya-soya, pakaian yang dikenakan penari berwarna putih dan dipadukan dengan sambungan serupa rok berwarna merah, hitam, kuning, dan hijau. Para penari juga akan menggunakan ikat kepala atau taqoa berwarna kuning sebagai simbol dari prajurit perang. Adapun perlengkapan tari lainnya adalah pedang atau ngana-ngana yang terbuat dari bambu berhiaskan daun palem (woka) berwarna merah, kuning, dan hijau. Ngana-ngana tersebut juga dipasangi kerincing atau biji jagung di dalamnya. Penari juga membawa perisai (salawaku). Tari Soya-soya diiringi dengan gendang (tifa), gong (saragai), dan gono berukuran kecil, atau disebut juga tawa-tawa.

 

3736 Total Views 1 Views Today

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *