Renungan Harian, Kamis 11 Februari 2016

Hari Kamis Sesudah Rabu Abu

Injil: Lukas 9:22-25

Sekali peristiwa Yesus berkata kepada murid-murid-Nya bahwa Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat lalu dibunuh, tetapi dibangkitkan pada hari ketiga. Kata-Nya kepada mereka semua, “Setiap orang yang mau mengikut Aku, harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku. Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku ia akan menyelamatkannya. Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia membinasakan atau merugikan dirinya sendiri?”

Renungan

Hari ini kita secara khusus diajak untuk mendoakan orang-orang yang sakit. Hari ini adalah hari ‘orang sakit sedunia’. Sakit-penyakit meskipun tidak pernah diharapkan kedatangannya, namun mereka bisa datang kapan saja, dan tidak mengenal waktu dan tempat. Sehebat apapun seseorang, rasanya ia tetap pernah dihinggapi penyakit, atau sekurang-kurangnya merasa sakit. Lebih lagi kalau sakit itu diartikan sebagai keadaan yang tidak nyaman, baik secara fisik maupun secara psikis.

Almarhum rm. Thomas Fix adalah romo  Indonesia kelahiran Amerika. Beliau secara rutin menjaga kesehatan dengan olah raga utamanya adalah jogging. Dan memang sejak masa mudanya beliau tidak pernah sakit dalam kategori sakit keras yang penangannya harus dokter atau bermalam di rumah sakit. Makan minum apa saja bukan menjadi halangan baginya sampai usianya lanjut. Namun beberapa bulan sebelum meninggal, beliau divonis sakit berat. Berhadapan dengan peristiwa itu, ada juga yang berkomentar ‘akhirnya sakit juga’. Namun yang kiranya lebih penting dari itu adalah bagaimana sikap beliau ketika berhadapan dengan sakitnya itu. Dari kelihatannya, beliau bisa menerima dan menyadari sakitnya. Ketika beliau menyabut “Jesus…Jesus…Jesus” (logat amerika), itu tandanya beliau merasakan sakit yang luar biasa.

Itulah sakit yang indah. Tentu saja sakit yang demikian tidak pernah diharapkan datang. Namun ketika ia datang, kita bisa menguasainya, bukan kita yang dikuasai. Tidak jarang kita dikuasai oleh situasi sakit. Bahkan mungkin ada orang yang sering sakit, bukan karena memang secara fisik lemah, namun karena sering merasa sakit dan akhirnya menjadikan fisiknya ikut menjadi lemah. Jika secara fisik memang lemah, kita hanya bisa menerimanya dan menyadarinya, sehingga paling tidak jiwa kita tidak menjadi ikut lemah karena fisik itu.

Romo Fix menjadi gambaran yang indah bagaimana kita bisa menerima rasa sakit dengan kepasrahan total. Nama yang disebut bukan ‘aduh biyuuuuung’…namun yang senantiasa disebutnya adalah ‘Jesus’. Rasa sakit yang luar biasa sering kali menjadikan seseorang semakin kesakitan bila ia tidak mampu menghadapi dan menerima situasi itu. Kiranya rasanya yang paling dominan dalam situasi ini adalah rasa emosional yang tinggi. Tidak mampu menerima keadaan seperti itu menjadi kecenderungan yang sangat lumrah terjadi. Bahkan keluarga yang sebenarnya tidak sakit bisa menjadi sakit karena melihat kondisi yang demikian.

Hari ini Tuhan Yesus mengingatkan kita sekaligus memberi pertanyaan reflektif bagi kita “Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia membinasakan atau merugikan dirinya sendiri?” Meskipun kita mempunyai kekuasaan dan kekayaan yang luar biasa, namun jika kita binasa, apa gunanya semuanya itu? Dan sering kali kita justru menjadi binasa karena kita memiliki kekayaan dan kekuasaan. Kebinasaan dalam arti kematian belum terjadi, namun kebinasaan dalam arti rasa kemanusiaan, kejujuran, kepedulian, dan bahkan keimanan sering menjadi pergulatan yang mendalam. Semakin besar kekuasaan atau kekayaan atau telenta kita, semakin besar juga tantangan kita untuk tetap menjadi orang yang tidak binasa.

Dalam konteks peringatan hari ini, sering kali kita menjadi binasa selagi masih hidup. Sering kali kita mengalami sakit meski kita masih bisa melakukan banyak hal. Sakit menjadi persoalan yang menyelimuti kita setiap hari. Sakit fisik menjadi bagian dari hidup kita. Hal ini menunjukkan bahwa sekuat apapun diri kita, namun kita adalah makhluk ciptaan Tuhan yang rapuh. Kita tidak bisa berbuat banyak untuk menghindari sakit fisik. Namun yang pasti bisa kita lakukan adalah menjadikan rasa sakit itu sebagai teman yang memberi pelajaran berharga bagi kita. Meskipun kita sedang sakit, jangan sampai hati dan iman kita juga jatuh dalam rasa sakit.

Kualitas seorang Kristiani adalah menyangkal dirinya, memikul salib setiap hari dan mengikut Yesus, bukan mengikuti emosi pribadi atau mengikuti yang lain-lainnya. Yesus memberi jaminan “barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku ia akan menyelamatkannya”.

Mari kita bawa orang-orang yang sedang sakit, khususnya mereka yang kita kenal, yang ada di sekitar kita kehadapan Yesus. Semoga kehendak dan rencana Tuhan lah yang terjadi dalam diri mereka dan dalam diri kita. Bagi kita yang sedang sakit, semoga kita diberi keterbukaan hati untuk menerimanya dan sekaligus mempersembahkannya kepada Yesus. Saya yakin pasti tidak mudah. Namun bukankah kita hendak mengikuit Yesus?

Doa

Tuhan Yesus Kristus, kami mohon berkat kesembuhan dan daya kekuatan bagi saudara-saudari kami yang sedang dalam keadaan sakit. Semoga jamahan kasih-Mu menyembuhkan sakit mereka. Semoga kesembuhan itu membuat mereka menjadi semakin beriman kepada-Mu dan semakin memberi perhatian kepada sodara-sodari sekitarnya. Semoga kami juga semakin mempunyai sikap peduli bagi mereka yang sedang dalam sakit. Kami persembahan seluruh hidup kami ke dalam tangan-Mu. Sebab Engkaulah sumber kehidupan dan keselamatan kami, sepanjang masa.

Amin.

1173 Total Views 1 Views Today

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *