Efek Krisis Keuangan Pemkot Bandar Lampung, Lambatnya Pembayaran Insentif Guru Honorer
RADIO SUARA WAJAR – Badai krisis keuangan menimpa Pemkot Bandar Lampung sejak 2015 lalu. Menipisnya dana segar yang tersedia di kas daerah menimbulkan dampak yang luas, bahkan hingga tahun ini.
Efek yang paling terlihat adalah terlambatnya pembayaran insentif guru honorer, ketua RT, kepala lingkungan, babinsa, babinkamtibmas, pegawai honorer pemkot, hingga dana tunjangan sertifikasi guru. Belum lagi kewajiban-kewajiban pemkot lainnya, seperti pembayaran proyek kepada perusahaan rekanan. Padahal, proyek-proyek tersebut telah selesai sejak 2015 lalu.
Keterlambatan pembayaran insentif sangat disesalkan oleh mereka yang berhak menerimanya. Pasalnya, dana tersebut sangat mereka butuhkan.
Seperti dilansir tribunnews.com, para pegawai honorer di lingkungan Pemerintah Kota Bandar Lampung ikut merasakan imbasnya. Hingga mendekati akhir Januari 2016, mereka belum juga mendapat kepastian kapan menerima insentif. Padahal, biasanya mereka mendapatkan honor setiap awal bulan.
Seorang pegawai honorer Bapol PP Bandar Lampung mengaku terpaksa meminjam uang guna menutupi kebutuhan sehari-hari. Bahkan, ia terpaksa membawa bekal nasi dari rumah guna mengurangi pengeluaran.
”Biasanya awal bulan sudah dibayar. Tapi, Januari ini sampai tanggal sekarang (kemarin) belum dibayar. Kami juga nggak tahu kenapa. Namanya pegawai honor. Cuma (insentif) itu yang kami tunggu,” tutur pria yang tidak mau disebutkan namanya ini, Kamis (28/1).
”Sekarang aja kita sudah ngos-ngosan. Terpaksa pinjam uang. Kalau lagi nggak ada uang, kadang bawa bontot dari rumah,” kata pegawai honorer yang mengabdi di lingkungan DPRD Bandar Lampung ini.
Sementara rekannya sesama pegawai honorer mengaku keterlambatan pembayaran insentif bulan Januari membuatnya tidak semangat kerja.
”Gimana kerja mau semangat, sampai tanggal sekarang belum gajian. Biasanya setiap awal bulan. Sekarang sudah tanggal 28 (Januari) gaji belum jelas,” ujar pegawai wanita ini.
Perempuan yang dua tahun lebih bekerja sebagai pegawai honorer ini juga mengaku terpaksa menunggak pembayaran angsuran di perusahaan pembiayaan. Bahkan, ia merasa resah karena kediamannya di kawasan Telukbetung sempat didatangi debt collector.
”Saya biasa bayar cicilan tanggal 5. Tapi, karena belum gajian, terpaksa saya minta tunda. Paling bayar denda. Kalau mau pinjam uang sama teman berat juga,” tandasnya.
Hal sama dialami S. Pegawai honorer di pemkot ini terpaksa berutang demi mencukupi kebutuhan sehari-hari.
“Karena gaji bulan ini belum dibayarkan, terpaksa saya meminjam dulu untuk keperluan sehari-hari. Kebutuhan saya juga banyak. Bukan hanya makan. Tapi, juga untuk membayar sewa tempat tinggal,” ungkap S.