Polda Lampung Cari 40 Warga Lampung yang Hilang

logo-gafatarRADIO SUARA WAJARAksi anarkis massa yang mengusir kelompok Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) di Kabupaten Kayong Utara, Kalimantan Barat, langsung ditindaklanjuti pemerintah pusat. Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) mengingatkan seluruh pemerintah daerah (pemda) untuk melindungi eks anggota Gafatar.

’’Eks Gafatar, bagaimanapun, harus dapat perlindungan dari pemda setempat. Mereka menjadi sasaran karena warga setempat tidak mau mereka berada di sana,” ujar Direktur Politik dan Pemerintahan Umum Kemendagri Soedarmo kemarin (20/1).

Menurutnya, perlindungan perlu diberikan karena walau bagaimanapun, eks Gafatar merupakan rakyat Indonesia. Apalagi kemungkinan mereka mengikuti kelompok tersebut karena ajakan dari pimpinan Gafatar.

’’Menurut saya, mereka ini ikut karena ajakan dari pimpinan-pimpinan Gafatar itu sendiri. Ada paksaan, bujukan, dan sebagainya. Sehingga mereka bisa bergabung dengan Gafatar,” ujarnya.

Mantan petinggi Badan Intelijen Negara (BIN) itu mengatakan, saat ini banyak anggota Gafatar yang sukarela memilih keluar dari organisasi tersebut. Karena menilai ada beberapa ajaran yang menyimpang.

’’Seperti di Ketapang, dengan kesadaran sendiri, mereka menyatakan kembali ke ajaran semula. Akhirnya di-Islam-kan ulang. Enggak ada masalah di Ketapang. Tetapi memang kemarin malam ada kejadian di Mempawah. Ini sebetulnya masih dalam koordinasi antara bupati dengan pengikut Gafatar,” ucapnya.

Sementara itu, para anggota Gafatar di Kabupaten Mempawah, Kalbar, langsung dievakuasi ke sejumlah kamp penampungan. Kemendagri berencana memulangkan seluruh pengungsi tersebut ke daerah masing-masing. Data dari TNI-AL menunjukkan, sedikitnya ada 1.529 anggota Gafatar yang berhasil dievakuasi ke kamp pengungsian.

’’Di Kabupaten Mempawah ada 1.119 jiwa, sementara di Kabupaten Kubu Raya ada 410 jiwa yang diungsikan,’’ terang Kadispenal Laksamana Pertama M. Zainudin melalui pesan singkat kemarin.

Saat ini, pihaknya menyiapkan KRI Teluk Bone untuk mengangkut para pengungsi tersebut ke Jawa tengah. KRI tersebut akan segera bertolak dari Kolinlamil, Tanjung Priok, Jakarta. Selama menunggu KRI, Bekangdam XII Tanjungpura telah menyiapkan dapur lapangan untuk memenuhi kebutuhan logistik bagi para pengungsi.

Zainudin menuturkan, kebutuhan logistik para pengungsi disiapkan Pemprov Kalbar. TNI AL saat ini juga masih menunggu apakah akan ada pengungsi tambahan. Khususnya, dari beberapa kabupaten yang didiami kelompok Gafatar di Kalbar.

’’Apabila meningkat terus, kami menyiapkan juga KRI teluk Gilimanuk,’’ tambahnya.

Sementara itu, Mendagri Tjahjo Kumolo menyatakan pihaknya sudah mengambil tindakan atas kejadian pembakaran dan pengusiran anggota kelompok Gafatar di Kalbar.

Selain mengutus Dirjen Politik dan Pemerintahan Umum Soedarmo ke Kalbar, secara khusus Tjahjo menyatakan telah menghubungi Gubernur Kalbar dan jajaran intelijen setempat untuk mengantisipasi agar konflik tidak meluas.

’’Saya minta gubernur kendalikan situasi dan mengevakuasi mereka (anggota Gafatar) ke kampung asalnya,’’ terangnya kemarin.

Dia mengaku pihaknya tidak memberi perlakuan khusus kepada Gafatar. Kelompok tersebut, menurutnya cukup dibina lalu dievakuasi ke daerah asal sesuai kartu identitas yang dimiliki. Pekan depan, pihaknya akan mengumpulkan Kepala Badan Kesbangpol dan Kasatpol PP se-Indonesia di Jakarta. Persoalan konflik antara masyarakat dan Gafatar masuk salah satu agenda dalam rakor tersebut.

Aksi anarkis penyerangan pemukiman eks anggota Gafatar di Kalbar juga disesalkan Sekretaris Kabinet Pramono Anung. Dia mengatakan, pemerintah memberikan jaminan perlindungan untuk para pengungsi eks Gafatar. ”Kita tidak mau tindakan intoleransi dilakukan siapapun,”’ ujarnya di Kompleks Istana Presiden kemarin (20/1).

Menurut Pramono, Presiden Jokowi sudah menginstruksikan kepada Menkopolhukam Luhut Panjaitan, Mendagri Tjahjo Kumolo, dan Mensesneg Pratikno untuk terus berkoordinasi, termasuk dengan aparat keamanan di Mempawah dan pemerintah daerah.

”’Agar menjalankan proses relokasi dengan baik,” katanya.

Terpisah, Kadivhumas Polri Irjen Anton Charliyan menjelaskan, tindak kekerasan dan kesewenang-wenangan yang dilakukan masyarakat itu kemungkinan besar karena kesadaran masayrakat untuk menolak Gafatar.

”Gafatar sebagai gerakan yang radikal dan terlarang tentu memang harus ditolak,” ujarnya.

Namun begitu, tentunya jangan sampai masyarakat melakukan penolakan secara berlebihan. Penggunaan kekerasan yang akhirnya melukai yang lainnya tentu sangat merugikan.

”Kami imbau masyarakat untuk bisa menahan diri,” tuturnya.

Bila masyarakat tetap tidak terkendali, maka tentu kepolisian bisa bertindak tegas untuk menegakkan hukum. Apalagi, jika memang ada yang melaporkan terkait masalah tersebut.

”Untuk yang merasa dirugikan silahkan lapor ke polisi, untuk masyarakat yang menolak tentunya harus percaya pada polisi,” tegasnya.

Sementara di Lampung, jumlah orang hilang yang dilaporkan kian banyak. Direktur Intelkam Polda Lampung M. Rozak Sualeli mengatakan, berdasarkan pengumpulan bahan dan keterangan (pulbaket) yang dihimpun kepolisian, jumlah warga Lampung yang dinyatakan hilang lebih dari 40 orang.

’’Saya lupa rincian totalnya. Yang jelas lebih dari 40 orang yang ada di data kami,” ujarnya.

Dia mengaku belum bisa memastikan apakah seluruhnya hilang lantaran ikut bergabung dengan Gafatar. Sebab, kata dia, bisa saja ada yang sedang bepergian.

Kendati begitu, Rodjak memastikan pihaknya terus berkoordinasi dengan Ditintelkam Polda Kalimantan Barat untuk mengetahui apakah ada warga Lampung yang dilaporkan hilang ditemukan di sana.

’’Nanti bisa diketahui apakah warga Lampung yang dinyatakan hilang ini gabung ke Gafatar di Kalimantan atau tidak. Yang jelas, keberadaan mereka yang hilang terus dilakukan penyelidikan dan pemantauan oleh intelijen kepolisian,” tandasnya.

Pada kesempatan kemarin, Rodzak juga mengaku pihaknya mendapatkan informasi ada warga hilang. Warga tersebut atas nama Fevi Hamijaya beserta keluarganya. Dia mengungkapkan, awalnya Fevi dikabarkan sebagai dosen Fakultas Pertanian Universitas Lampung (FP Unila). Namun, saat dicek, tidak ada dosen bernama Fevi.

’’Ada juga yang menyebutkan jika dia (Fevi) adalah dosen pada salah satu di universitas swasta di Bandarlampung. Informasi itu yang sedang kami selidiki,” katanya

Sementara itu, Dekan FP Unila Prof. Irwan Syukri Banuwa juga membantah jika di fakultasnya ada dosen bernama Fevi.

’’Tidak ada dosen atas nama Fevi,” tegasnya.

Senada disampaikan Kasubbag Kepegawaian Unila Dirzon. Menurut pria berkacamata ini, Fevi yang dinyatakan hilang bukanlah pegawai ataupun dosen di Unila. ’’Kami sudah berkali-kali mengecek, tetapi nggak ada. Itu bukan dosen kami,” tegasnya.

Tentang Gafatar

 

Jumlah Anggota: Diperkirakan 500 ribu (termasuk mantan anggota)
Jumlah Pengungsi Insiden Kalbar: 1.529 orang (sampai pukul 20.00)
Kabupaten Mempawah 1.119 jiwa
Kabupaten Kuburaya 410 jiwa

Tokoh-Tokoh Gafatar

–    Mahful Muis Tumanurung (Ketua Umum)
–    Wahyu Sandjaya (Waketum)
–    Berny Satria (Sekjen)
–    Muchtar Asni (Bendahara)
–    Bibit Samad Rianto (mantan dewan pembina, sudah mengundurkan diri)

Diolah dari Berbagai Sumber.

959 Total Views 1 Views Today

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *