Penerimaan Sakramen Krisma di Baradatu
RADIO SUARA WAJAR – Dalam khotbahnya Uskup mengatakan, bahwa kita mempunyai Imam Agung yang melintasi segala yakni Kristus. Saat di salib, tabir Bait Allah terbagi dua. Ini berarti bahwa Allah menghancurkan adanya perbedaan, batasan, dan tidak ada lagi diskriminasi. Allah boleh didekati oleh siapa pun. Allah akan mengabulkan doa yang dipanjatkan dari iman yang mendalam. “Kita pun harus hidup berbelas kasih kepada siapa saja.”
Uskup juga menyatakan, bahwa Tema SAGKI ke IV tahun 2015 memberikan perhatian pada pastoral keluarga. “Tidak ada seorang pun yang sempurna maka keluarga-keluarga juga tidak ada yang sempurna, tanpa cacat. Setelah menerima Sakramen Krisma, berarti kita telah dewasa. Orang dewasa tahu apa yang harus dilakukan, bertanggungjawab, dan aktif melakukan hal yang baik dan benar untuk keluarga, masyarakat, dan Gereja.” Keluarga yang penuh kedamaian, tidak ada lagi hati yang galau dan selalu ada rasa rindu untuk pulang kemana pun kita pergi, tambah Uskup.
Baradatu merupakan daerah transmigrasi veteran yang datang dari Jawa sekitar tahun 1960-an. Umat Katolik pertama dilayani dari Metro oleh Rm. Oonk SCJ yang kemudian dilanjutkan Rm. Theodorus Borst SCJ, yang pada periode berikutnya menetap di Kotabumi. Pelayanan berikutnya menginduk pada Gereja Katolik Kotabumi dilayani oleh Rm. T. Borst SCJ dan Rm. Kostera SCJ. Ekatisti Kudus I dipersembahkan di tempat kediaman Petrus Kanisius Radi dengan beberapa umat.
Untuk menunjang pendidikan umat tahun 1966 Rm. Stanislaus Roosman SCJ memprakasai pendirian SD Bhakti yang kemudian berkembang dengan pendirian TK, SMP, dan SMA Bhakti. Baradatu mulai dipilih sebagai tempat tinggal sementara para pelayan Gereja dan pendirian bangunan gereja secara permanen.
Tahun 1983 RD Vincent Lebaron bersama komunitas Suster-suster FSGM mulai memberi perhatian pada umat Katolik di Baradatu. Berkat Tuhan berlimpah pada paroki ini bersama kerja keras pelayanan para romo, suster, dan keterlibatan umat. Benih-benih panggilan pun tumbuh dan melahirkan sejumlah imam dan biarawan-biarawati. Menurut data umat Paroki Baradatu ada 225 KK, 8000 jiwa, dan tersebar di 13 lingkungan.
Sehari sebelumnya, Sabtu, 17 Oktober, Uskup Y. Harun Yuwono juga menerimakan Sakramen Krisma sebanyak 25 orang di Gereja St. Caecilia, Gisting Jaya.
Perjalanan dari Baradatu ke Gisting Jaya sekitar 115 km atau 3,5 jam. Umat Gisting Jaya ada 45 KK, 171 jiwa. Mereka mendapat pelayanan Misa Kudus dua kali dalam satu bulan. Meski perjalanan berdebu, umat Gisting Jaya tetap bersemangat untuk hadir dalam Perayaan Ekaristi dan terlibat dalam kegiatan-kegiatan Gereja.
Kontributor: M. Fransiska FSGM