Mengenakan kerudung dan salib, biarawati ini dilarang ikut ujian
Mengenakan kerudung dan salib, biarawati ini dilarang ikut ujian
Ucanews.com – Seorang biarawati Katolik di India baru-baru ini dilarang masuk ke ruang ujian karena mengenakan kerudung dan salib. Hal ini menimbulkan perdebatan karena setiap orang memiliki hak untuk mempraktikkan imannya di negara sekuler itu, kata pemimpin Gereja Katolik di India.
Gereja tidak ingin “membuat kontroversi atas insiden ini,” kata Kardinal Baselios Cleemis, ketua presidum Konferensi Waligereja India. Namun, pelarangan ini menimbulkan pertanyaan apakah pihak berwenang “menargetkan simbol-simbol agama atau kegagalan pelaksanaan ujian”, katanya.
Seperti diketahui, pada 23 Juli lalu, Suster Seba, 29, dilarang mengikuti Tes Masuk Pra-medis di India karena ia mengenakan kerudung dan salib yang merupakan kebiasaan dari terekatnya.
Tes nasional, ujian kualifikasi untuk penelitian medis, digelar kembali karena terjadi kecurangan massal pertama kalinya. Mahkamah Agung India telah memerintahkan ujian ulang dan menegaskan ujian diawasi dengan ketat setelah siswa menggunakan perangkat elektronik canggih untuk menipu.
Dua gadis Muslim yang mengenakan jilbab juga dilarang mengikuti tes sesuai keputusan Mahkamah Agung.
Pihak berwenang di pusat pemeriksaan di Thiruvananthapuram, ibukota negara bagian Kerala, mengatakan kepada suster itu bahwa ia tidak akan diizinkan mengikuti tes dengan menggunakan kerudung dan salibnya karena putusan pengadilan. Mereka juga mengatakan bahwa dia tidak bisa mengikuti tes di ruang yang terpisah, kata Suster Seba kepada ucanews.com.
“Saya menolak untuk menanggalkan kerudung dan salib karena dua simbol ini merupakan kewajiban saya sebagai seorang biarawati. Saya berkonsultasi dengan atasan saya dan mereka juga mendukung keputusan saya,” katanya.
Kerudung ”tidak dapat ditanggalkan begitu saja seperti topi. Ini memiliki banyak makna, yang lain mungkin tidak mengerti,” tambah suster itu.
Kardinal Cleemis mengatakan bahwa masalah seperti itu “tidak hanya dibahas oleh para imam, religius, dan Gereja Katolik”, tetapi harus menjadi bahan diskusi bagi masyarakat sipil yang lebih luas karena hal ini terkait dengan hak-hak orang untuk mempraktekkan iman mereka di negara multi-agama, katanya dalam sebuah pernyataan.
Sekitar 600.000 siswa mengikuti ujian selama tiga jam di pusat-pusat di seluruh negeri itu.
Satya Das, kepala sekolah Jawahar Central, di mana biarawati itu mengikuti ujian, mengatakan mereka akan mengizinkan suster itu mengikuti ujian jika dia telah menyerahkan kerudung dan salib kepada biarawati lain, namun biarawati itu menolak, kata Das.
“Saya tidak bisa membiarkan dia seperti itu sesuai arahan yang diberikan kepada kami,” kata Das, yang juga seorang Kristen.