Riwayat Singkat RD Vincent Le Baron, MEP

RD Vincent Le Baron, MEP saat di  Sekretariat Pastoran Gereja Paroki Maria Ratu Damai Teluk Betung Bandar Lampung, Sabtu pagi, 13 Februari 2016. Foto : Robert

RD Vincent Le Baron, MEP saat di Sekretariat Pastoran Gereja Paroki Maria Ratu Damai Teluk Betung Bandar Lampung, Sabtu pagi, 13 Februari 2016. Foto : Robert

BANDAR LAMPUNG, RADIO SUARA WAJAR — Romo Vincent Le Baron lahir di Noyant-la-Gravoyere, Perancis, 19 Agustus 1947. Waktu belajar di Sekolah Dasar dan Menengah terkenal sebagai anak pintar tetapi bandel dan suka membolos.

Wajib militer dijalaninya sebagai sukarelawan di Laos, pada tahun 1970-1972, saat berkecamuk perang Vietnam. Untuk menghilangkan rasa stress sepulang dari “medan perang” ia menjadi petani di Perancis Utara.

Tahun 1973 masuk Seminari Tinggi MEP di Paris, selama tiga tahun. Selama itu kegiatan pastoralnya antara lain melayani orang-orang Gypsy; tekun mengunjungi mereka setiap minggu dan memperjuangkan hak-hak mereka. Ditahbiskan sebagai Diakon di tengah pemukiman orang-orang Gypsy itu pula. Kemudian ditahbiskan menjadi imam pada tanggal 4 Juli 1976.

Sekitar tahun 1970-an pertumbuhan umat Katolik Lampung semakin bertambah secara signifikan. Mengingat pada waktu itu tenaga tertahbis dari Imam-imam Hati Kudus Yesus (SCJ) di Keuskupan Palembang dan Tanjungkarang terbatas.

Kemudian juga karena Imam Diosesan Tanjungkarang baru seorang yakni RD. M. Dwijowandowo dan juga karena sesuai dengan misi MEP – kiranya ini menjadi alasan – sehingga Mgr Albertus Hermelink SCJ (uskup pertama Keuskupan Tanjungkarang) meminta tenaga Serikat Misi Imam-imam Praja dari Paris yang dikenal sebagai Societe des Missions etrangeres de Paris (MEP) untuk berkarya di Lampung.

Pada tanggal 18 Maret 1978 para imam MEP, yakni Romo Ferdinando Pecoraro (57), Romo Jo Gourdon (33), Romo Paul Billaud (32) dan Romo Vincent le Baron (31) dari Perancis tiba di Lampung. Sebelum berangkat ke Indonesia belajar bahasa Inggris di London, bersama Romo Jo dan Romo Paul.

Selama 3 bulan mereka mengenali Keuskupan Tanjungkarang dan selama 6 bulan mereka belajar bahasa Indonesia di Bandung. Lalu belajar bahasa Jawa di Yogyakarta (Juli 1979 – Maret 1980).

Di Lampung berkarya di paroki Kota Gajah sampai tahun 1984. Tahun 1984 berkarya sebagai pastor paroki Baradatu. Lalu menjabat sebagai ketua Komisi PSE Keuskupan Tanjungarang sejak tahun 1995 dan juga mendampingi karya di Yayasan Citra Baru.

Setelah berkarya di UP Liwa, Paroki Sidomulyo dan di UP Bakauheni, Romo Baron dibebastugaskan dari karya pelayanan parokial dan tinggal di paroki Teluk Betung sambil berkarya pastoral kategorial (pelayanan para tahanan di penjara).

Kira-kira 3 bulan yang lalu karena kondisi fisiknya menurun dan supaya hidupnya menjadi lebih tenang, beliau dipindahkan dari Telukbetung ke Rumah Unio Padangbulan hingga akhir hidupnya, Senin 13 Maret 2017 (70 tahun), pkl 09.17 WIB.

Hari Kamis, 16 Maret 2017 pkl 10.00 Misa Requiem di Gereja Katedral Tanjungkarang Bandar Lampung dipimpin oleh Mgr Yoh Harun Yuwono kemudian dilanjutkan pemakaman di DSM Negri Sakti, Pesawaran.

Selamat jalan Romo Baron…. Bapa di surga sudah menyiapkan tempat yang damai bagimu. Doakan kami yang masih berziarah di dunia ini.***

Penulis       : RP Thomas Suratno, SCJ

Reporter     : Robert

1274 Total Views 1 Views Today

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *