Renungan Harian, Kamis 8 September 2016
Pesta Kelahiran SP Maria
Bacaan: Matius 1:18-23
Kelahiran Yesus Kristus
1:18 Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: Pada waktu Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami isteri. 1:19 Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam. 1:20 Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: “Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. 1:21 Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka.” 1:22 Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: 1:23 “Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel” — yang berarti: Allah menyertai kita.
Renungan
Bacaan Injil pada hari ini sebenarnya dimulai dari ayat satu yang mengkisahkan tentang riwayat keturunan dari Abraham sampai dengan Yosef, suami dari bunda Maria. Keturunan itu yang memperkuat alur silsilah Yesus sebagai wangsa Daud. Lagitimasi keluarga ‘raja’ akhirnya sampai pada Yesus yang dilahirkan oleh Maria dengan kuasa Roh Kudus. Dari abraham sampai dengan Yesus memerlukan waktu yang panjang, melalui berbagai era dan keturunan. Dari semuanya itu, satu hal yang pasti adalah bahwa janji Allah tidak pernah lekang oleh waktu, Allah senantiasa menepati janji-Nya. Janji itu adalah janji keselamatan yang berasalah dari Allah. Meski melalui berbagai peristiwa, yang biak dan yanmg tidak baik, janji Allah itu tetap berlaku sepanjang masa.
Pertanyaannya adalah mengapa dalam pesta kelahiran SP Maria, justru ditampilkan silsilah Yesus Kristus dan seputar kelihirannya?
Bunda Maria adalah pribadi yang istimewa dalam Gereja, bahkan dalam karya keselamatan Allah. Melalui Maria, Putera Allah hadir di dunia dan hidup bersama dengan manusia, mengalami dunia kemanusiaan. Bunda Maria bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa jika ia tidak mengandung dan melahirkan Yesus Kristus. Ia menjadi begitu istimewa karena Kristus hadir dalam dirinya dan melalui dirinya. Dengan demikian, memisahkan Maria dengan Kristus sama saja memisahkan Gereja dengan Maria. Bunda Mempunyai banyak gelar kudus pertama-tama dan terutama karena Kristus.
Bunda Maria begitu istimewa dalam Gereja, bahkan kelahirannya saja di dalam Gereja mempunyai status istimewa, yakni ‘pesta’, bukan peringatan. Tidak ada yang tahu persis kapan tepatanya Maria lahir. Yang paling jelas adalah Maria pernah dilahirkan. Karena ini dipilih Allah untuk mengandung Putera Allah, maka sudah bisa dimengerti jika hidup Maria sejak permulaannya mempunyai dimensi kekudusan yang tidak dimiliki oleh pribadi lain. Karena itulah Gereja selalu memberi tempat istimewa kepada bunda Maria.
Pesta SP Maria mengingatkan kepada kita bahwa pribadi sekudus bunda Maria dipanggil oleh Allah dengan seluruh kemanusiaannya. Kenyataan manusiawi menyertai seluruh perjalanan Maria, sejak dalam kandungan sampai pada ia diangkat dalam kemuliaan surgawi. Demikian juga kehadiran Kristus tidak lepas dari kenyata an manusiawi. Namun demikian, dengan seluruh kenyataan manusiawinya, bunda Maria mengarahkan diri senantiasa pada kekudusan, menyerahkan diri pada Tuhan, dan mendengarkan Tuhan dalam setiap segi hidupnya.
Kita juga dipanggil untuk meneladan bunda Maria. Maka mari mohon rahmat Tuhan, agar setiap hari kita dimampukan untuk lahir kembali dalam semangat Kristiani. Setiap kelahiran senantiasa membawa berkat. Kiranya kelahiran kita setiap hari juga membawa berkat dan kebahagiaan bagi orang-orang yang ada di sekitar kita.
Doa
Ya Tuhan, kami bersyukur atas teladan bunda Maria dalam beriman dan dalam kehidupan. Ajarilah kami agar kami mampu membawa kenyataan manusiawi kami kepada kekudusan. Bantulah kami agar kami berani melihat diri dan membarui diri dalam langkah laku hidupkami. Semoga kami mampu setia seperti bunda Maria setia kepada-Mu dan setia mendampingi kami. Amin.