Renungan Harian, Senin 5 September 2016

a

Senin Biasa XXIII

Bacaan: Lukas 6:6-11

Yesus menyembuhkan orang pada hari Sabat

6:6 Pada suatu hari Sabat lain, Yesus masuk ke rumah ibadat, lalu mengajar. Di situ ada seorang yang mati tangan kanannya. 6:7 Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi mengamat-amati Yesus, kalau-kalau Ia menyembuhkan orang pada hari Sabat, supaya mereka dapat alasan untuk mempersalahkan Dia. 6:8 Tetapi Ia mengetahui pikiran mereka, lalu berkata kepada orang yang mati tangannya itu: “Bangunlah dan berdirilah di tengah!” Maka bangunlah orang itu dan berdiri. 6:9 Lalu Yesus berkata kepada mereka: “Aku bertanya kepada kamu: Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membinasakannya?” 6:10 Sesudah itu Ia memandang keliling kepada mereka semua, lalu berkata kepada orang sakit itu: “Ulurkanlah tanganmu!” Orang itu berbuat demikian dan sembuhlah tangannya. 6:11 Maka meluaplah amarah mereka, lalu mereka berunding, apakah yang akan mereka lakukan terhadap Yesus.

Renungan

Ada berbagai macam motivasi ketika seseorang bertindak tertentu. Dalam pengertian lebih sempit, ada juga gerakan atau tindakan yang tidak membutuhkan pemikiran, atau gerakan otomatis. Misalnya ketika bangun tidak kebanyakan dari kita tidak memikirkan hendak melangkah kaki kanan atau kiri terlebih dahulu. Jika hal itu setiap saat terpikirkan, kita bisa boros pemikiran dan menghabiskan energi. Namun tindakan-tindakan besar, bahkan mungkin melibatkan orang lain, pasti dengan latar belakang atau dengan motivasi tertentu.

Injil hari ini menggambarkan Yesus mengambil tindakan yang melawan kebiasaan orang sekitar. Jika yang ‘ditentang’ adalah orang-orang sederhana, sebenarnya tidak akan membawa banyak masalah. Namun yang Ia ‘tentang’ adalah orang-orang besar, orang-orang yang mempunyai power di masyarakat. Itu yang menjadi masalah berikutnya. Bahkan pada bagian akhir kisah dikatakan bahwa meluaplah amarah mereka. Mereka tidak hanya sekedar marah, tapai mereka marah yang meluap-luap. Sebuah gambaran kemarahan yang luar biasa, yang tidak lagi tertahankan, amarah yang mempunyai daya penghancur.

Yesus bertindakan atau memutuskan bertindak untuk menyembuhkan orang yang mati tangannya kiranya juga mempunyai alasan yang kuat. Dalam kisah ini, pertanyaan Yesus sekaligus juga mejadi jawabannya “Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membinasakannya?”. Dalam hal ini kita bisa menilai bahwa berbuat baik itu sah dilakukan kapan saja, bahkan ketika hukum juga nampaknya menentukan lain. Menyelamatkan nyawa orang jauh lebih penting dari pada karena taat pada hukum malah membiarkan orang lain mati. Sebenarnya Yesus bisa menyembuhkan pada hari berikutnya. Namun keputusan-Nya dalam kisah ini kiranya hendak memberi pengajaran kepada para murid bahwa menyelamatkan nyawa orang itu menjadi tanggung jawab kita semua. Tindakan itu tetap diambil meski harus berhadapan dengan hukum.

Bagi kita, dalam setiap kesempatan, biasanya kita dihadapkan pada pilihan-pilihan tindakan yang mesti kita ambil. Tindakan yang satu membawa konsekuensi tertentu, tindakan lainnya juga mempunyai konsekuensinya.  Terhadap berbagai pilihan, kita harus membuat pilihan dan menjatuhkan diri dalam tindakan tertentu. Kiranya apa yang menjadi alasan Yesus menyembuhkan orang yang mati tangannya, juga bisa menjadi alasan dalam setiap tindakan keputusan yang kita ambil. Menyelamatkan nyawa menjadi prioritas dalam setiap pilihan tindakan kita.

Doa

Ya Tuhan, ajarilah kami untuk senantiasa mampu menghargai sesama kami. Bantulah kami agar kami mempunyai cara pandang yang menghargai martabat sesama kami. Semoga kami tidak mudah menyingkirkan orang lain karena situasi hidup kami. Bantulah kami agar kami mampu bertindak, berpikir, dan merasa seperti yang Engkau lakukan. Amin.

 

2647 Total Views 1 Views Today

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *