Renungan Harian, Jumat 26 Februari 2016
Jumat Prapaskah II
Injil: Matius 21:33-43, 45-46
…21:38 Tetapi ketika penggarap-penggarap itu melihat anaknya itu, mereka berkata seorang kepada yang lain: Ia adalah ahli waris, mari kita bunuh dia, supaya warisannya menjadi milik kita. 21:39 Mereka menangkapnya dan melemparkannya ke luar kebun anggur itu, lalu membunuhnya…
Renungan
Perumpamaan tentang penggaraa-penggarap kebun anggur menjadi gambaran yang jelas bagaimana orang-orang yang sebenarnya mendapat hak istimewa, justru tidak menggunakannya, namun justru menghilangkannya. Penggarap kebun anggur yang seharusnya bekerjasama dengan pemilik kebun anggur, justru malah berbalik melawannya. Mereka tidak memberikan hasil panenannya, justru hendak merebut hasil-hasil panenannya. Bahkan ia memperlakukan para utusan pemilik kebun dengan tidak pantas, sampai-sampai mereka membunuh para utusan itu. Putera sang pemipik kebun bukannya mereka hormati atau segani, namun justru menjadi kesempatan bagi mereka untuk membunuhnya.
Pada akhir kisah ini kita mengerti bahwa yang dimaksud oleh Yesus adalah imam-imam kepala dan orang-orang Farisi. Sudah jelas-jelas mereka diberi karunia istimewa; sudah sejak awal mereka dijanjikan keselamatan. Tugas mereka adalah memelihara rahmat itu dengan menghasilkan buah-buah yang pantas diberikan kepada Allah. Namun mereka justru menolak karunia keselamatan yang Allah berikan. Penolakan yang terakhir adalah mereka tidak mau menerima Putera Allah, bahkan justru menganiaya dan membunuh-Nya.
Bagi kita, kita sudah diberi meterai keselamatan lewat pembaptisan. Kita sudah mempunyai rahmat yang istimewa. Namun sering kali kita tidak menyadari keistimewaan rahmat keselamatan yang kita terima. Sering kali kita menyia-nyiakan apa yang sudah Tuhan berikan kepada kita. Hidup kita tidak jarang masih seperti sebelum kita menerima pebaptisan. Kalau hidup kita seperti itu, atau seperti orang-orang yang tidak menerima baptisan itu, apa lebihnya kita?
Hidup dan tindakan kita perlu sesuai dengan rahmat istimewa yang sudah kita terima. Bagaimana kita bisa mengukur kesesuaian tersebut? Kita bisa melihatnya dari buah-buah yang kita hasilkan. Buah-buah kebaikan menjadi salah satu ukuran penting untuk melihat apakah yang kita lakukan sudah sesuai sebagai penggarap kebun anggur yang baik atau yang jahat.
Sebagai orang Kristiani, kita punya kewajiban-kewajiban yang patut senantiasa kita perjuangkan. Kewajiban-kewajiban itu jika kita jalankan dalam nama Kristus, menjadi keutamaan-keutamaan Kristiani yang akan menghasilkan buah-buah kebajikan. Namun jika kewajiban itu kita jalankan dalam namaku sendiri, kita hanya sebagai pekerja kebun anggur yang mau memperkaya diri sendiri. Sebagai pekerja kebun anggur, kita wajib memberikan hasil buah kepada pemilik kebun pada waktunya.
Kita bisa memilih hendak menjadi penggarap kebun anggur yang baik atau penggarap kebun anggur yang jahat. Pemilik kebun anggur senantiasa memberi kebebasan untuk kita. Namun Ia akan meminta pertanggungjawaban atas apa yang sudah kita perbuat. Ia menantikan buah-buah dari kebun yang kita garap.
Masa pertobatan menjadi masa yang indah untuk melihat kembali buah-buah seperti apa yang sudah kita hasilkan. Jika belum maksimal kita menghasilkan buah-buah kebajikan, mari kita bersama kembali kepada Tuhan, supaya kita mampu memberikan buah-buah yang baik dalam kehidupan kita.
Doa
Ya Tuhan, Engkau memberi rahmat istimewa kepada kami. Semoga kami mampu menghidupi rahmat itu dengan pantas. Bantulah kami untuk senantiasa menghasilkan buah-buah kebaikan dan membagikannya kepada orang-orang yang ada disekitar kami. Semoga kami mampu menjadi penggarap kebun anggur yang baik, yang mampu memberikan hasil panen pada waktunya kepada-Mu. Sebab Engkaulah keselamatan kami, sepanjang masa. Amin.