Renungan Harian, Rabu, 30 Desember 2015
Rabu, 30 Desember 2015
Hari Keenam Dalam Oktaf Natal
INJIL: Lukas 2:36-40
2:36 Lagipula di situ ada Hana, seorang nabi perempuan, anak Fanuel dari suku Asyer. Ia sudah sangat lanjut umurnya. Sesudah kawin ia hidup tujuh tahun lamanya bersama suaminya, 2:37 dan sekarang ia janda dan berumur delapan puluh empat tahun. Ia tidak pernah meninggalkan Bait Allah dan siang malam beribadah dengan berpuasa dan berdoa. 2:38 Dan pada ketika itu juga datanglah ia ke situ dan mengucap syukur kepada Allah dan berbicara tentang Anak itu kepada semua orang yang menantikan kelepasan untuk Yerusalem. 2:39 Dan setelah selesai semua yang harus dilakukan menurut hukum Tuhan, kembalilah mereka ke kota kediamannya, yaitu kota Nazaret di Galilea. 2:40 Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya.
RENUNGAN:
Kisah Injil hari ini menampilkan dinamika iman seorang perempuan jada yang sudah lanjut usia. Dinamika iman itu yakni ia senantiasa hidup dalam lingkaran Bait Allah, mempunyai relasi yang dengan Allah, dan pada akhirnya hatinya peka akan suara dan kehadiran Tuhan. Dalam hal ini adalah kepekaan janda tua itu akan kehadiran Mesias, meskipun Ia masih bayi dalam gendongan sang ibu. Kepekaan janda tua itu menjadi tanda yang jelas bahwa ada kaitan erat antara kehidupan rohani yang mendalam dengan kepekaan akan suara Tuhan dalam hidupnya.
Dalam konteksnya, hidup sebagai seorang janda berarti ia kehilangan banyak hal, bahkan bisa dikatakan sebenarnya ia kehilangan hidupnya. Segala sesuatu bertumpu pada suami, termasuk juga penghasilan untuk kehidupan sehari-hari. Seorang janda di dalam masyarakat tidak mendapat hak tunjangan hidup. Maka dalam beberapa kesempatan, penginjil mengangkat kisah tentang seorang janda.
Seorang istri yang tidak siap ketika ditinggal suaminya, tentu hidupnya akan menjadi semakin buruk; tidak ada penghasilan, tidak ada biaya untuk hidup. Ketika bekerjapun ia tidak bisa mengharapkan banyak hal dari hasil kerjanya. Pertanyaan sederhananya adalah apakah seorang yang demikian masih mempunyai pengharapan untuk hidup tanpa menistakan diri?
Kehadiran Yesus menjadi jawaban atas pertanyaan dan pergulatan yang demikian. Kehadiran bayi Yesus menumbuhkan harapan pembebasan dan keselamatan Hana. Apa yang selama ini ia perjuangkan dan ia imani, mendapat kepenuhannya dengan datangnya seorang Bayi mungil dalam pelukan sang ibu. Penantian yang tidak sebentar akhirnya membuahkan sukacita yang mendalam pada waktunya.
Kehadiran bayi Yesus membawa pembebasan, mengangkat orang-orang yang lemah dan hina menjadi yang berharga, menumbuhkan pengharapan akan adanya masa depan keselamatan. Penderitaan bukan akhir segalanya. Pertanyaan adalah apakah mau datang kepada Yesus? Seberapa besar daya tahan kita untuk menghadapi banyak kesulitan dalam hidup?
Kesaksian Hana pada hari ini semakin meneguhkan iman kita bahwa Yesus datang untuk semua orang, baik yang kaya maupun yang miskin, baik yang besar maupun yang kecil. Kehadiran bayi Yesus yang mau menyapa Hana juga mengingatkan kepada kita yang mempunyai modal lebih untuk berani memberi perhatian kepada mereka yang masih dalam kekurangan. Bantuan yang tulus akan mengangkat harapan orang-orang yang sedang dalam penderitaan.
DOA:
Ya Tuhan, Engkau datang dan menyapa Hana dalam kesederhanaanya. Namun dalam kesederhanaan itu terdapat kadalam iman yang membahana. Ajarilah kami untuk mempunyai iman yang sama dengan Hana dalam kehidupan kami. Ajarilah kami untuk senantiasa mempersebahkan dan menyatukan hidup kami setiap hari dalam nama-Mu. Semoga dengan demikian, kami semakin peka dan merasakan kehadiran-Mu dalam kehidupan kami. Sebab Engkaulah sumber harapan dan keselamatan kami.
Amin.




