Israel-Palestina Berduka, Perayaan Natal di Betlehem Tidak Ada Pesta Besar
RADIO SUARA WAJAR – Perayaan Natal yang merupakan kelahiran Yesus Kristus selalu disambut meriah setiap tahunnya. Setiap orang, terutama umat Kristen, bersuka menyambut kelahiran Sang Juru Selamat. Di kota kelahiran-Nya, Betlehem, dipenuhi kemeriahan, pesta, parade, tarian, dan makan-makan.
Namun, ada yang berbeda dengan suasana di Betlehem tahun ini. Alih-alih bersuka ria, warga Betlehem malah diselimuti duka. Tidak ada tanda-tanda perayaan menyambut Natal seperti tahun-tahun sebelumnya.
“Sejujurnya, tahun ini adalah Natal yang menyedihkan. Saya hanya tidak sedang ingin merayakan apa pun,” kata Nabil Giacaman, seorang Nasrani asal Palestina yang memiliki toko suvenir, sebagaimana dikutip dari Washington Post, Rabu (23/12/2015).
Konflik Israel-Palestina yang tak kunjung menemui kata sepakat terus bergejolak di perbatasan. Israel terus membangun permukiman dan mendesak teritori Palestina hingga semakin kecil dan sempit. Warga saling berkelahi, berdemo dan melempar batu. Puluhan hingga ratusan korban pun berjatuhan dari kedua belah pihak.
Sebelumnya, 80 warga Israel tewas di tangan Palestina. Beberapa karena ditusuk, diamuk massa serta dihujam tembakan. Sementara 125 nyawa warga Palestina juga telah melayang akibat ulah Israel, 81 di antaranya meninggal karena ditembak mati dan 44 lainnya menjadi korban kekerasan unjuk rasa.
Sedikitnya empat orang meninggal di Betlehem. Salah satunya, Abdel Rahman Obeidallah (13), yang terkena peluru nyasar dari penembak jitu Israel, tepat di dadanya.
“Saat Natal, kita merayakan kehidupan, tetapi tahun ini kami harus menunjukkan penghormatan bagi mereka yang meninggal,” terang Wali Kota Betlehem, Vera Baboun.
Vera mengatakan, perayaan religi Natal di Betlehem tetap ada. Hanya, tidak ada pesta besar. Mereka memasang pohon Natal lengkap dengan kelap-kelipnya di Manger Square pekan lalu.
Jika tahun lalu dimeriahkan dengan kembang api, tahun ini pemasangan pohon Natal hanya diiringi lonceng gereja-gereja di Betlehem. Prosesi tahunan bagi para peziarah dari Kota Tua Yerusalem ke Betlehem juga tetap dibuka.
“Peziarah tidak perlu takut untuk berkunjung kemari. Terlepas dari ketegangan di sini (perbatasan Yerusalem), rute perjalanan bagi para peziarah tetap aman,” ujar Fuad Twal, Patriarki Latin di Yerusalem.
Fuad yakin kedatangan para peziarah menelusuri kota kelahiran Yesus akan dihormati dan dihargai semua pihak di Tanah Suci. Sayangnya, konflik Israel dan Palestina juga telah menurunkan jumlah peziarah dan wisatawan.
“Tidak hanya konflik di Tanah Suci ini, teror Paris, ketegangan antara Rusia dan Turki. Tragedi ditembak jatuhnya pesawat Rusia dan kecelakaan pesawat Rusia di Semenanjung Sinai (diduga ulah teroris). Semua itu juga berkontribusi mengurangi minat orang-orang datang kemari,” jelas Johnny Kattan, manajer Hotel Jacir Palace, salah satu hotel termewah di Betlehem.
Dampaknya, tambah Kattan, adalah dibatalkannya semua perayaan besar di hotel tempatnya bekerja.
“Kami memiliki fasilitas bar paling terkenal seantero Betlehem, tapi tahun ini kami terpaksa menutupnya. Perayaan makan malam besar (galadinner) untuk menyambut Natal juga dibatalkan, karena di luar hotel sering terjadi kerusuhan. Para demonstran membakar ban-ban bekas dan tentara Israel menembakkan gas air mata,” tambah dia.
Seorang peziarah di sana, Anthony Tay mengutarakan belasungkawa atas tragedi kemanusiaan yang terjadi di sana.
“Kalian bertanya-tanya kapan ini semua akan berakhir kan? Ya, yang bisa kami lakukan hanya berdoa untuk mereka dan mendoakan kedamaian di atas tanah suci ini,” ujar Tay.