Renungan Harian, Kamis 24 November 2016
Kamis Biasa XXXIV
Bacaan: Lukas 21:20-28
Tentang runtuhnya Yerusalem, Kedatangan Anak Manusia
21:20 “Apabila kamu melihat Yerusalem dikepung oleh tentara-tentara, ketahuilah, bahwa keruntuhannya sudah dekat. 21:21 Pada waktu itu orang-orang yang berada di Yudea harus melarikan diri ke pegunungan, dan orang-orang yang berada di dalam kota harus mengungsi, dan orang-orang yang berada di pedusunan jangan masuk lagi ke dalam kota, 21:22 sebab itulah masa pembalasan di mana akan genap semua yang ada tertulis. 21:23 Celakalah ibu-ibu yang sedang hamil atau yang menyusukan bayi pada masa itu! Sebab akan datang kesesakan yang dahsyat atas seluruh negeri dan murka atas bangsa ini, 21:24 dan mereka akan tewas oleh mata pedang dan dibawa sebagai tawanan ke segala bangsa, dan Yerusalem akan diinjak-injak oleh bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, sampai genaplah zaman bangsa-bangsa itu.” 21:25 “Dan akan ada tanda-tanda pada matahari dan bulan dan bintang-bintang, dan di bumi bangsa-bangsa akan takut dan bingung menghadapi deru dan gelora laut. 21:26 Orang akan mati ketakutan karena kecemasan berhubung dengan segala apa yang menimpa bumi ini, sebab kuasa-kuasa langit akan goncang. 21:27 Pada waktu itu orang akan melihat Anak Manusia datang dalam awan dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya. 21:28 Apabila semuanya itu mulai terjadi, bangkitlah dan angkatlah mukamu, sebab penyelamatanmu sudah dekat.”
Renungan
Yerusalem yang adalah kota kudus, tempat berkumpul umat Yahudi setiap tahun, kini dinubuatkan akan hancur karena pendudukan asing. Orang-orang Yahudi tidak lagi akan menguasai Yerusalem, justru orang asinglah yang akan menduduki Yerusalem. Bahkan Yesus menegaskan bahwa yang akan menduduki Yerusalem adalah bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Dengan demikian, Yerusalem yang tadinya menjadi pusat keagamaan orang Yahudi justru akan menjadi tempat kafir. Sebelumnya juga sudah dinubuatkan bahwa Bait Allah akan hancur, tidak satu batupun akan terletak diatas batu yang lain.
Yesus mengingatkan supaya orang-orang meninggalkan Yerusalem apabila sudah mulai ada pendudukan, jangan kembali ke dalamnya karena hanya akan dihancurkan dan binasa. Lebih aman bila tetap di luar kota, tersebar di berbagai tempat baru yang tidak dikuasai mereka yang tidak mengenal Allah. Dengan demikian berarti meninggalkan ‘kejayaan’ Yerusalem lama dan memulai hidup baru.
Itulah Yerusalem lama, Yerusalem yang hanya mengandalkan keindahan bangunan fisik. Yesus datang dan menjanjikan kedatangan Yerusalem baru, yakni diri-Nya sendiri yang membawa keselamatan. Yerusalem lama akan hancur dan identitas mereka akan hilang. Yerusalem baru akan bangkit dan mengumpulkan semua bangsa, tidak hanya orang Yahudi, tetapi siapa saja yang mau datang dan menerima tawaran keselamatan dari Allah sendiri. Yerusalem baru tidak hanya menghimpun satu bangsa, namun seluruh bangsa. Yerusalem baru bukan hanya sekedar keindahan bangunan Bait Allah, namun keagungan dan keluhuran Kristus yang tersalib.
Kita hidup dalam Yerusalem baru. Sudah semestinya juga mempunyai pola hidup yang sesuai dengan Yerusalem baru itu pula. Yerusalem lama menekankan aturan dan hukum. Aturan dan hukum utama dalam Yerusalem baru adalah hukum kasih. Hukum kasih itu sepenuhnya ada dalam Kristus Yesus, Putera Allah yang hidup. Hukum kasih itu bukan lagi tertulis dalam batu atau prasasti, namun hukum itu terukir dengan tinta emas dalam Tubuh Yang Kudus.
Tubuh Yang Kudus itu kita santap setiap kali merayakan Ekaristi. Dengan demikian kita menjadi kediaman Hukum Kasih itu sendiri. Maka tubuh kita menjadi medan perjuangan untuk melaksankan hukum itu. Itulah Yerusalem baru, tempat kita mengungkapkan dan mewujudkan hukum Kristus. Diri kita lah yang menjadi hukum kasih itu dengan dasar utama adalah Kristus. Yerusalem baru menjadi medan bagi kita untuk menjadi orang Samaria yang baik hati. Menjadikan semua orang sebagai sesama adalah kebaruan dari Yerusalem lama. Justru karena beribadah, seorang beriman harus berani bersikap semperti orang Samaria yang baik hati itu.
Itulah yang kita persiapkan untuk menyambut Dia yang akan datang kapanpun saatnya. Tekun dalam berdoa dan sekaligus tekun dalam menjadi sesama bagi yang lain adalah bentuk konkret persiapan kita masing-masing.
Doa
Bapa kami yang ada di surga, dimuliakanlah nama-Mu, datanglah kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu diatas bumi seperti di dalam surga. Berilah kami rejeki pada hari ini, dan ampunilah kesalahan kami, seperti kamipun mengampuni yang bersalah kepada kami. Dan jangalah masukkan kami ke dalam pencobaan, tetapi bebaskanlah kami dari yang jahat. Amin.