Maria Mellytina Chandra Wijaya “Pahlawan” Asal Lampung Bagi Anak-Anak Disabilitas

Maria Mellytina Chandra Wijaya, 74 tahun saat di kediamannya di Jalan Raden Patah No. 4/80, Kelurahan Kaliawi, Kecamatan Tanjungkarang Pusat, Bandar Lampung, Sabtu 27 Februari 2016. Foto : Robert
BANDAR LAMPUNG, POTRET SUARA WAJAR – Maria Mellytina Chandra Wijaya, atau yang lebih dikenal dengan Mellytina Aleng. Siapa tak mengenal wanita kelahiran Tanjungkarang 04 November 1940 ini. Berkat sentuhan tangannya, ribuan orang kurang beruntung, seperti penyandang disabilitiy dan school dropout children tertolong.
Saat memasuki kediamannya di Jalan Raden Patah No. 4/80, Kelurahan Kaliawi, Kecamatan Tanjungkarang Pusat, Bandar Lampung, Sabtu 27 Februari 2016, Melly — panggilan akrabnya – begitu ramah menyambut. Sangat lincah saat wanita ini berjalan memandu ke ruang kerjanya. Sungguh nyaris tak terlihat bahwa usianya sudah mencapai hampir 80 tahun.
Dari luar, memang rumah yang ditempati Melly dan keluarga sejak tahun 1970-an ini, terlihat ramping. Tapi begitu masuk ke dalam, dijumpai banyak ruangan disana-sini. Mungkin menyesuaikan dengan luas tanah yang dimilikinya, bentuk rumahnya memanjang ke belakang.
Dua radio compo terdengar bunyi program acara siaran di Fm 96,8. Ini adalah gelombang Radio Suara Wajar Bandar Lampung. Saat ditanya apakah “mentang-mentang” ada penggawa Suara Wajar bertandang ke kediamannya, maka diputar gelombang ini, Melly buru-buru menepis. Radio Suara Wajar baginya adalah teman saat di rumah, apapun acaranya Melly selalu mendengarkan siaran-siaran di radio milik Keuskupan Tanjungkarang ini.
Karena memiliki selera seni tinggi, maka imbasnya, desain di dalam rumah walau terlihat sederhana tapi memancarkan kemegahan. Sungguh “enak dilihat”. Perabotan rumah kental akan ornamen China, melambangkan kecintaannya pada budaya nenek moyangnya. Di bagian ruang tengah, penciuman Suara Wajar dimanjakan dengan wewangian bunga-bunga. Aroma harum ini ternyata berasal dari ruang doa yang didesainnya sendiri. Patung Bunda Maria berdiri anggun di pojok ruangan doa ini.
Angin bertiup kurang bersahabat, tapi untunglah perpaduan warna dinding rumah dan kilauan pernak-pernik perabotan rumahnya seolah mencairkan suhu panas pada siang hari ini. Melly pun begitu antusiah saat memulai mengkisahkan perjalanan hidupnya.
Masa kecil Melly dilalui dengan tidak lazim. Jika kebanyakan anak-anak melaluinya dengan kisah manis, tapi tidak padanya. Kedua orang tuanya berpisah sejak dia masih kecil, hingga Ibunyalah yang membesarkan dirinya. Sejak umur tujuh tahun Melly kecil sudah merasakan bagaimana getirnya hidup. Keadaan perekonomian keluarganya yang tidak memungkinkan, maka demi keinginan keras Melly kecil mencicipi bangku sekolah, iapun rela sekolah sambil bekerja.
Melly ternyata merupakan pendiri Yayasan Citra Baru Lampung. Suatu yayasan yang sebagian besar pelayanannya menyasar pada orang-orang penyadang disabilitas dan anak-anak putus sekolah. Walau ibu tujuh orang anak ini hanya bisa mengenyam pendidikan sampai jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP), tapi jika melihat apa yang dilakukannya tentunya membuat kita berdecak kagum.
Karya-karya sosialnya lewat Yayasan Citra Baru tidak bisa dianggap “remeh”. Ribuan orang penyandang disabilitas baik dari Lampung maupun luar pernah merasakannya. Berbekal keberanian, wanita 76 tahun ini bertekat menolong orang-orang penyandang disabilitiy dan juga anak-anak putus sekolah. Bahkan karena karya-karya sosial yang dibuatnya, berbagai penghargaan pernah disematkan padanya.

Maria Mellytina Chandra Wijaya saat menunjukan ruang doanya di kediamannya kepada Radio Suara Wajar, Sabtu 27 Februari 2016.
Gereja dirasa begitu berjasa dalam hidupnya, hingga memantapkan hatinya untuk membalas. Bagaimana caranya? Karena hatinya dari kecil berada pada orang miskin, maka diapun bertekad mencari jalan untuk membantu mereka. Yayasan Citra Baru yang dibentuknya sebagai perahu membantu orang-orang miskin. Diakunya, saat melihat orang-orang cacat, hatinya begitu terenyuh. Langkahnyapun semakin mantap, berusaha untuk banyak menolong orang cacat serta miskin selama dia bernafas.
Melly pernah menjabat sebagai Ketua Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI) Lampung. Dia tak bisa memungkiri, pengalaman berorganisasi dan berbagai pelatihan membentuknya sebagai wanita pemberani. Tentu, disamping didikan disiplin yang diterapkan oleh Ibunya. Maka Melly pun menerapkan apa yang diwariskan oleh Ibunya pada tujuh anaknya.
Buku baginya sumber pengetahuan yang tak terbatas. Maka hobi membaca buku sangat melekat padanya dari kecil. salah satu yang menjadi favorit bacanannya adalah buku mengenai kisah pewayangan. Menurutnya cerita-cerita pewayangan sarat akan nilai-nilai kebaikan di dalamnya.
Melly berharap orang-orang muda pada khususnya, untuk bisa hidup seturut ajaran Kristus dengan menerapkan nilai-nilai dalam kitab suci, salah satunya dengan menolong orang-orang di sekeliling yang membutuhkan.***
Reporter : Robert