Renungan Harian, Rabu, 4 November 2015
Rabu, 4 November 2015
Hari Biasa Pekan XXXI
Lukas 14:25-33
14:25 Pada suatu kali banyak orang berduyun-duyun mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya. Sambil berpaling Ia berkata kepada mereka: 14:26 “Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya , ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku. 14:27 Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku. 14:28 3 Sebab siapakah di antara kamu yang kalau mau mendirikan sebuah menara tidak duduk dahulu membuat anggaran biayanya, kalau-kalau cukup uangnya untuk menyelesaikan pekerjaan itu? 14:29 Supaya jikalau ia sudah meletakkan dasarnya dan tidak dapat menyelesaikannya, jangan-jangan semua orang yang melihatnya, mengejek dia, 14:30 sambil berkata: Orang itu mulai mendirikan, tetapi ia tidak sanggup menyelesaikannya. 14:31 Atau, raja manakah yang kalau mau pergi berperang melawan raja lain tidak duduk dahulu untuk mempertimbangkan, apakah dengan sepuluh ribu orang ia sanggup menghadapi lawan yang mendatanginya dengan dua puluh ribu orang? 14:32 Jikalau tidak, ia akan mengirim utusan selama musuh itu masih jauh untuk menanyakan syarat-syarat perdamaian. 14:33 Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku.
Renungan
Menjadi murid Yesus sering kali harus berhadapan dengan fenomena atau ajaran atau pandangan yang controversial. Tidak jarang apa yang diajarkan Yesus tidak masuk akal bagi orang-orang di lingkungannya. Termasuk cara untuk menjadi murid seperti yang diungkapkan Yesus hari ini dalam Injil Lukas.
Mencintai orang tua dalam kitab-kitab kebijaksanaan adalah sebuah keutamaan yang harus dilakukan oleh setiap anak. Mencintai dan menghormati orang tua bukan sekedar ajakan atau anjuran, tapi itu merupakan sebuah perintah kewajiban supaya anak beroleh kebahagiaan. Demikian juga dengan mencintai istri, suami, dan anak-anak.
Namun hari ini Yesus mengajarkan sesuatu yang nampaknya bertentangan dengan ajaran kebijaksaan ini. Ia sendiri mengungkapkan “Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya , ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku”. Bukankah ini sebuah pengajaran yang keras? Ini bukanlah ajaran yang populer, bahkan kalau membenci orang tua dan keluarga dapat dikatan sebagai anak yang durhaka. Apakah Yesus mengajarkan supaya para muridnya menjadi orang yang durhaka? Jika itu yang diajarkan Yesus, rasanya Ia tidak akan mempunyai murid. Lalu apa yang dihendaki Yesus?
Dalam beberapa cerita, ada banyak orang tua yang mengajarkan anak-anaknya untuk berkembang menjadi anak yang dewasa dan mandiri. Sementara itu ada sebagian orang tua yang karena begitu mencintai anaknya malah justru sebenarnya menjadikan sang anak terlalu tergantung atau lekat dengan orang tua atau siapa saja yang diminta orang tau untuk menjaga anak itu. Perkembangan yang kedua ini yang kiranya tidak dikehendaki oleh kebanyakan orang tua pada umumnya. Saya yakin banyak orang tua yang mengharapkan anaknya bisa bertumbuh secara dewasa dan mandiri, tidak tergantung pada mereka. Cinta yang menyebabkan ketergantungan akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan seseorang.
Demikian juga cinta yang begitu melekat pada hal-hal duniawi akan menghambat perkembangan iman seseorang. Sebenarnya yang hendak diungkapkan oleh penginjil Lukas adalah barang siapa mencintai Yesus tidak lebih dari cintanya pada orang-orang yang paling dekat dengannya, belum layak menjadi murid Yesus. Orang tua dan keluarga melambangkan apa yang paling dekat dengan seseorang, apa yang mungkin baginya paling patut mendapat cinta yang paling besar.
Itulah yang diharapkan dari Yesus kepada murid-murid-Nya, mereka dintuntut untuk mencintai Allah secara total. Jangan sampai cintanya pada pribadi-pribadi atau pada hal-hal tertentu justru menghambat cinta kepada Allah. Cinta dan kasih kepada Allah yang total itulah yang akhirnya dibagikan kepada orang-orang terdekat, atau kepada pekerjaan, atau kepada siapa dan apa saja.
Apakah berat? Rasanya memang berat, dan begitulah menjadi murid Yesus: berani memikul salib yang berat untuk mendapat sukacita yang penuh. Kesuksesan dalam pembanguanan dan kemenangan dalam peperangan akan membawa sukacita yang mendalam bagi sang murid Kristus.
Doa
Allah Bapa sumber kasih, kami bersyukur atau teladan kasih yang Engkau berikan kepada kami dalam diri Puteramu, Yesus Kristus. Ajarilah kami untuk mampu membedakan cinta yang justru membuat kami tidak dewasa dengan cinta yang menjadikan kami semakin dekat denganMu. Ajarilah kami untuk meletakkan kelekatan-kelekatan duniawi dalam diri kami, dan ajarilah kami untuk menjadikan Engkau sebagai satu-satunya sumber pengarapan kami. Sebab Engkaulah tujuan dan sumber hidup kami, kini dan sepanjang masa. Amin.