Alat Musik Lampung
1. Gamolan

Gamolan
Gamolan merupakan alat musik pukul serupa gamelan di Jawa. Alat musik yang terbuat dari bambu itu diperkirakan sudah dimainkan masyarakat Lampung kuno sejak abad ke-4 masehi. Meskipun demikian, hingga awal abad 21, banyak masyarakat Lampung tidak mengetahui hal tersebut. Adalah Margaret J Kartomi yang berhasil mendapatkan penemuan itu. Peneliti asal Australia tersebut melakukan penelitian terhadap alat musik itu selama 27 tahun sejak 1980. “Ketika saya sedang melewati Liwa (Lampung Barat), ada orang yang memainkan gamolan. Saya tertarik karena belum pernah mendengar bunyi serupa itu dari alat musik lain. Di seluruh dunia, tidak ada bunyi seperti ini (gamolan). Sebagai ekomusikologi, saya tertarik untuk meneliti gamolan,” terang Margaret.
Berbeda dengan gamelan, gamolan merupakan alat musik tunggal yang bisa dimainkan sendiri tanpa digabungkan dengan alat musik lain. Sedangkan, gamelan baru bisa dimainkan dalam bentuk orkestra bersama alat musik lain. Margaret menerangkan, usia gamolan pun diyakini lebih tua dibandingkan dengan gamelan. Bukti itu terlihat dalam relief Candi Borobudur. Pada salah satu relief, gambar serupa gamolan sudah terpampang. “Berarti, gamolan sudah ada sebelum candi itu dibangun. Mereka membangun relief tentunya karena melihat kejadian yang sudah ada,” papar Margaret.
Gamolan yang ada saat ini, menurut Margaret, telah memiliki perbedaan dibandingkan dengan gamolan kuno. Gamolan kuno memiliki delapan bilah bambu yang sejajar di atas satu bongkahan bulat bambu sebesar sekitar lengan orang dewasa. Delapan bilah bambu masing-masing mewakili delapan tangga nada, yaitu do re mi fa so la si do. Sementara, gamolan modern hanya memiliki tujuh bilah bambu yang mewakili tujuh tangga nada. Satu tangga nada yang hilang adalah tanga nada fa. Margaret mengatakan, dirinya pun belum memahami alasan penghapusan tangga nada fa. “Saya belum tahu alasannya kenapa. Saya rasa saya akan meneliti kembali hal itu,” terang Margaret.
Perbedaan lain antara gamolan kuno dan modern adalah musisi yang memainkan gamolan. Gamolan kuno dimainkan dua orang untuk satu alat musik. Sementara, gamolan modern bisa dimainkan satu orang. Margaret meyakini, gamolan merupakan alat musik tradisional asli Lampung. Hal itu karena gamolan hanya bisa ditemukan di Lampung Barat dan Way Kanan. Keberadaan gamolan di Way Kanan diduga karena budaya tersebut dibawa dari Lampung Barat. Wakil Gubernur Lampung Joko Umar Said mengatakan, pemprov berinisiasi mengadakan pemecahan rekor MURI supaya gamolan menjadi identik sebagai alat musik tradisional Lampung. “Penemuan gamolan ini merupakan sejarah bagi Lampung. Tetapi, kita masih sering lalai dengan sejarah. Sehingga, bangsa lain bisa mengklaim sejarah milik kita. Pemecahan rekor MURI ini supaya gamolan menjadi identik dengan Lampung. Kami juga akan berupaya mempatenkan alat musik ini,” jelas Joko.
Pemecahan rekor MURI dilakukan dengan memainkan gamolan selama 25 jam tanpa henti. Acara yang berlangsung di Lapangan Korpri Kompleks Kantor Pemprov Lampung itu diikuti 25 kelompok dengan 25 gamolan. Masing-masing kelompok akan bermain selama satu jam. Para pemukul gamolan sebanyak 625 orang terdiri dari pelajar mulai dari SD hingga SMA dan mahasiswa. Joko mengatakan, hal ini merupakan upaya agar gamolan bisa mulai dipelajari di sekolah. “Ini alat musik tradisional khas Lampung. Nantinya, ini harus dikenalkan (kepada pelajar) di sekolah-sekolah,” terang Joko.
2. Butabuh atau Hadra

Butabuh atau Hadra
Musik butabuh atau hadra merupakan salah satu musik tradisional Lampung dan jenis musik tradisi ini lebih sering kita jumpai di daerah Lampung yang letaknya di daerah pesisir, hal ini memiliki latar belakang seiring dengan sejarah dan perkembangannya sebagai salah satu sarana syiar agama Islam di Provinsi Lampung. Dengan sarana dan alat musik seperti terbangan atau kerenceng yang dibuat dari kayu nangka (kayu keras lainnya) dan kulit kambing, serta lantunan lagu syair berdzanji musik hadra ini ditampilkan. Musik butabuh (tabuh lama) ini hanya mempunyai dua suara (vokal) yakni Tang dan Dung; bunyi tang terdapat pada tengah alat musik sedangkan dung pada tepi alat music. Hadra terdiri dari 2 bagian atau kelompok yaitu hadra baru dan hadra lama demikian pula zikirnya. Hadra lama atau zikir lama merupakan kesenian tradisional Lampung yang bernafaskan Islam, di samping alat musik dan syair-syairnya pun seutuhnya merupakan syair-syair berdzanji atau pujian-pujian terhadap Rosul dan para Syekhnya. Beberapa bagian atau jenis tabuhan dalam musik butabuh lama : Tekol, Tabuh Yahum, Tabuh Kincat, Tabuh Setendekan, Tabuh Tikah dan Tabuh Kimbang.
Hadra atau zikir baru merupakan seni Islam yang sudah dikombinasikan dengan syair-syair atau pantun daerah Lampung baik pantun melayu ataupun pantun daerah Lampung itu sendiri. Beberapa bagian atau jenis tabuhan dalam musik tabuh baru : Tabuh Suji, Tabuh Sanjur, Tabuh Dondom, tabuh Tegak, Tabuh Ciduk, Tabuh Layang-Layang, dan Tabuh Pelesir. Hadra dan zikir ini sering kita jumpai pada saat acara pesta adat atau nayuh dan biasanya dilantunkan pada saat malam hari menjelang satu hari dalam pelaksanaan pesta atau begawi dan yang membawakannya pun orang tua atau bapak-bapak yang usianya sudah berumur (usia lanjut). Contoh Lagu Tabuh Hadra : Tohal Harbi, Talabnaba, Khoirunman, Salamun, dll.
3. Gambus lunik atau Gambus anak buha

Gambus Lunik
Alat musik yang terbuat dari kayu (baiknya kayu nangka)dan kulit, berdawai, bersenar. Alat musik ini mengiringi lagu-lagu, baik berfungsi sebagai hiburan atau sebagai musik pengiring tari. Alat musik gambus lunik ini merupakan bukti langsung pengaruh kebudayaan Islam yang dibawa pedagang-pedagang arab ke nusantara. Gitar Tunggal: yaitu gitar yang bersenar klasik yang dipergunakan untuk mengiringi lagu-lagu, baik sebagai hiburan atau mengiringisebuah tarian.Berbeda dari lagu atau petikan yang biasadidengar, gitar tunggal mempunyai lagu atau petikantersendiri yang khas daerah Lampung.Alat musik inimerupakan bukti pengaruh kebudayaan eropa terhadap budaya Lampung.
4. Kompang

Kompang
Hampir sama dengan rebana, kompang adalah alat musik tradisional Lampung yang terbuat dari kulit kambing dan dimainkan dengan cara di pukul. Menurut sejarah sebenarnya alat musik kompang ini berasal dari arab, yaitu dari orang-orang suku Parsi yang saat itu menyambung kedatangan Nabi mereka. Jika dilihat dari ukuran, kompang biasanya memiliki diameter antara 22,5 cm sampai dengan 35 cm. Dan kompang ini biasanya dimainkan oleh sebuah regu dengan posisi duduk, ada juga yang berdiri, atau sambil berjalan. Para pemain kompang biasanya diundang untuk memainkan musik tradisional pada acara-acara penyambutan pejabat, resepsi pernikahan, dan acara adat lainnya di Lampung.