Renungan Injil Mat 26: 14-25

642014-04-perjamuan

Injil Mat 26: 14-25

Sekali peristiwa pergilah seorang dari kedua belas murid itu, yang bernama Yudas Iskariot, kepada imam-imam kepala. Ia berkata: ”Apa yang hendak kamu berikan kepadaku, supaya aku menyerahkan Dia kepada kamu?” Mereka membayar tiga puluh uang perak kepadanya. Dan mulai saat itu ia mencari kesempatan yang baik untuk menyerahkan Yesus. Pada hari pertama dari hari raya Roti Tidak Beragi datanglah murid-murid Yesus kepada-Nya dan berkata: ”Di mana Engkau kehendaki kami mempersiapkan perjamuan Paskah bagi-Mu?” Jawab Yesus: ”Pergilah ke kota kepada si Anu dan katakan kepadanya: Pesan Guru: waktu-Ku hampir tiba; di dalam rumahmulah Aku mau merayakan Paskah bersama-sama dengan murid-murid-Ku.” Lalu murid-murid-Nya melakukan seperti yang ditugaskan Yesus kepada mereka dan mempersiapkan Paskah. Setelah hari malam, Yesus duduk makan bersama-sama dengan kedua belas murid itu. Dan ketika mereka sedang makan, Ia berkata: ”Aku berkata kepadamu, sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku.” Dan dengan hati yang sangat sedih berkatalah mereka seorang demi seorang kepada-Nya: ”Bukan aku, ya Tuhan?” Ia menjawab: ”Dia yang bersama-sama dengan Aku mencelupkan tangannya ke dalam pinggan ini, dialah yang akan menyerahkan Aku. Anak Manusia memang akan pergi sesuai dengan yang ada tertulis tentang Dia, akan tetapi celakalah orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan. Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan.” Yudas, yang hendak menyerahkan Dia itu menjawab, katanya: ”Bukan aku, ya Rabi?” Kata Yesus kepadanya: ”Engkau telah mengatakannya.”

RENUNGAN:

Apa yang dilakukan oleh Yudas Iskariot merupakan sesuatu yang tidak diinginkan. Ia tega menyerahkan Yesus hanya karena sejumlah uang. Dewasa ini masih ada “Yudas-Yudas lain” yang juga tidak segan-segan meninggalkan Yesus hanya untuk mendapatkan kedudukan di masyarakat, hanya untuk mencari popularitas, atau hanya karena cinta kepada seorang laki-laki atau wanita. Itulah kenyataan yang terjadi saat ini. Kita tahu bagaimana dewasa ini orang menggadaikan agamanya dengan kedudukan, popularitas, dan cinta. Kita menyaksikan, atau mungkin juga terjadi dalam keluarga kita, sanak saudara kita, bagaimana dengan mudahnya orang meninggalkan Yesus.

Peristiwa ini hendak mengajarkan kepada kita bahwa sekalipun saat ini mungkin kita sudah menjadi Yudas-Yudas yang lain, Yesus masih memberikan kesempatan kepada kita utnuki kembali kepada-Nya. Dia selalu membuka kedua tangan-Nya bagi kita, walaupun kita menjual-Nya dengan segala macam tujuan. Dia tetap setia menunggu untuk kembali kepada-Nya. Semoga dengan merenungkan perilaku Yudas, kita semakin menyadari kerapuhan kita. Kita diundang untuk membaharui diri dan bertobat.

Dalam perikop diatas dikisahkan rupanya penghianatan Yudas tidak disangka samasekali oleh para rasul lainnya. Mereka kebinggungan dan sedih ketika Yesus mengatakan bahwa ada dari antara mereka yang akan menyerahkan Dia ketangan musuh-musuh-Nya. Kendati para rasul sedih, tetapi Yesus tetap tegar menghadapi saat-saat akhir hidup-Nya. Dia sungguh menunjukkan jati diri-Nya sebagai Mesias yang sesungguhnya. Penderitaan Yesus di kayu salib menjadi bukti cinta-Nya kepada umat-Nya sampai sehabis-habisnya.

Peristiwa sekitar akhir hidup Yesus ini menjadi renungan yang tak ada habis-habisnya bagi kita. Kita diajak untuk menelusuri relung demi relung dari kisah sengsara Yesus. Perasaan kita bisa campur aduk antara kesedihan akan dosa-dosa kita, kesediaan untuk bertobat, dan kekaguman akan ketegaran Yesus dalam menghadapi saat-saat yang amat memilukan, yaitu ketika Dia harus menerima diri-Nya diremukkan akibat dosa-dosa kita.

DOA:

Ampunilah aku ya Yesus, yang telah menjual Engkau hanya untuk mendapatkan hal-hal yang fana. Amin.

6986 Total Views 5 Views Today

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *