Renungan Harian, Rabu, 18 April 2018

Credits : https://www.facebook.com/thomas.suratno.7

Credits : https://www.facebook.com/thomas.suratno.7

Pekan III Paskah

INJIL: Yoh 6,35-40

“Kata Yesus kepada mereka: “Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi. Tetapi Aku telah berkata kepadamu: Sungguhpun kamu telah melihat Aku, kamu tidak percaya. Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang. Sebab Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku. Dan Inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman. Sebab inilah kehendak Bapa-Ku, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman.”

RENUNGAN:

Setiap manusia dari kodratnya memiliki rasa lapar dan haus untuk mengalami belas kasih dan persekutuan Allah. Bagaimana dan kemana kita dapat menemukan pemenuhan akan rasa lapar dan dahaga batin itu, sehingga kita merasakan kelegaan rohani?

Jalan terang menuju pemenuhan dahaga batin adalah mencari pada sumberNya, yaitu Allah sendiri. Namun apakah kita selalu begitu? Tidakkah seringkali dalam pengalaman hidup ada orang dari kita justeru mencari kepenuhan dari rasa haus dan lapar ke tempat yang lain atau sumber yang lain? Mereka mencari bukan kepada Allah yang sejati tetapi allah-allah yang lain. Seharusnyalah kita orang beriman mencari dan datang kepada Allah di dalam Yesus Tuhan dan Penyelamat kita. Dialah yang telah bersabda: “Akulah roti hidup; barang siapa datang kepadaKu, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepadaKu, ia tidka akan haus lagi”.

Persoalannya adalah apakah kita berani percaya dan berserah kepadaNya? Hidup kita didunia ini membutuhkan makanan. Makanan sebagai kekuatan untuk dapat hidup. Dibalik itu ada iman dan pengakuan atas Yesus sebagai Tuhan dan penyelamat manusia. Itulah puncak dari perutusan Yesus ke dunia. Dia datang memperkenalkan kehidupan baru di dalam Allah BapaNya. Dia datang sebagai roti kehidupan artinya Dia sebagai makanan hidup rohani umat beriman. Namun tak dapat disangkal bahwa bagaimana kalau orang lapar dan haus secara jasmani apakah cukup hanya percaya kepada Yesus dan menyantap santapan rohani yang berasal dari Tuhan Yesus? Di sinilah letak persoalan konkrit orang beriman yang hidup di dunia ini.

Kita adalah Gereja. Kita tidak hidup sendirian tetapi hidup bersama. Tuhan sendiri memerintahkan supaya kita harus mengasihi sesame kita tanpa kecuali terlebih orang-orang yang kurang beruntung hidupnya di dunia ini. Ini kewajiban orang beriman untuk juga ikut memikirkan bagaimana supaya yang miskin, kekurangan dan kesulitan dalam hidup sehari-hari terbantu hidupnya. Mungkin sulit dan berat untuk dilaksanakan namun percayalah, justeru Ekaristi yang tak lain Tuhan Yesus sendiri menjadi sumber kekuatan kita semua untuk berjuang mencapai hidup bahagia ini. Dengan kita merayakan Ekaristi dimana Yesus Tuhan hadir secara nyata dalam rupa roti (tubuhNya) dan anggur (darahNya), kebutuhan santapan rohani kita terpenuhi dan ini sebagai bekal serta kekuatan kita untuk memenuhi kebutuhan makanan jasmani baik untuk diri kita sendiri maupun dalam menolong sesame kita.

Firman Tuhan hari ini mengingatkan kita akan buah-buah Ekaristi. Orang menerima Roti hidup. Roti itu tidak mengenyangkan perut, tetapi menyelamatkan hidup. Berkat Roti itu, orang dianugerahi hidup kekal sebab roti itu tidak lain adalah tubuh Kristus sendiri. Persatuan dengan Kristus memungkinkan kita untuk bersatu dan bersolider dengan sesame. Maka marilah kita belajar menghayati dan mengutamakan Ekaristi diatas yang lain dan belajar pula menjadi umat yang mengasihi sesama agar semakin pantas dalam merayakan Ekaristi.

DOA:

“Ya Tuhan Yesus Kristus, ajarilah aku untuk belajar menyerahkan hidupku kepada penyelenggaraan-Mu sehingga aku dapat menolong sesamaku dan perbuatanku dibenarkan karena imanku kepada-Mu. Amin.”***

Oleh : RP Thomas Suratno, SCJ

684 Total Views 1 Views Today

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *